Mohon tunggu...
Johan G.M Pardede
Johan G.M Pardede Mohon Tunggu... Lainnya - Asliii

Selalu memandang masalah secara objektif

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Preman Pensiun, Emang Bisa?

30 Juni 2020   14:14 Diperbarui: 30 Juni 2020   14:22 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sejatinya manusia terlahir dengan keadaan yang sama seperti telanjang, polos, dan belum mengenal apa itu dunia. Mereka layaknya tanah liat yang siap dibentuk sesuai dengan keinginan yang empunya. Dengan demikian sifat baik dan buruk yang diperbuat seseorang tak boleh dikaitkan dengan warisan genetik. Sebab hal-hal yang mempengaruhi tumbuh kembang si anak ada beragam faktor.

Faktornya antara lain pendidikan, nutrisi, dan lingkungan. Untuk faktor dominan yang menjadi penentu sifat atau karakter seseorang itu adalah lingkungan. Sebab lingkungan berperan dalam setiap nafas yang dihembuskan oleh setiap orang. Orang-orang yang berada di sekitarnya menjadikan dirinya sebagai bagian dirinya. Makanya ada istilah yang mengatakan cinta itu alami dan kebencian serta kejahatan itu diajarkan.

Berbicara mengenai orang yang suka melakukan kejahatan atau istilah sekarang disebut preman. Mereka kerap digambarkan menimbulkan hal-hal yang mengganggu ketertiban masyarakat. Rasa benci menjadi suatu label yang dilengketkan masyarakat kepadanya.

Padahal dalam sejarah ditemukan bahwa preman dulunya adalah golongan "kesayangan" masyarakat. Sewaktu penjajahan mereka adalah kelompok yang merampas milik penjajah dan membagi-bagikannya kepada masyarakat. Tak ayal preman itu disebut sebagai good father. Dan masyarakat menjadi anak yang menanti pemberian ayahnya.

Kini yang terjadi 180 derajat. Mereka sudah mengalami evolusi. Mereka malah memalak masyarakat dan tak segan-segan meneror ataupun melakukan vandalisme barang publik. Masyarakat menjadi antipati terhadapnya.

Namun selayaknya manusia normal lainnya, preman bisa juga pensiun. Sebab pemicu preman untuk mulai pensiun atau meninggalkan dunia hitam beragam hal. Namun ada tiga pemicu yang jelas yang membuat preman pensiun. Adapun ketiga faktor tersebut sebagai berikut. 

Pertama: Bertobat

Seperti diketahui bersama preman juga adalah manusia biasa. Mereka juga makan nasi dan memiliki akal budi. Cuma yang membedakan manusia lainnya dengan preman adalah masalah nyali dan belas kasihan. Sebagai manusia biasa, terasa janggal dan aneh "meminta" (kata halus memalak) uang dari orang yang tidak dikenal. Apalagi dilakukan dengan cara tidak ramah.

Tapi seperti sebagai perwujudan manusia normal lainnya, preman bisa mengalami perubahan. Perubahan tersebut disebut dengan kata bertobat. Untuk penyebab pertobatan yang dilakukannya ada beragam seperti menemukan kekasih yang merubahnya, sadar akan kekhilafan yang dilakukan selama ini, dan sudah bosan melakukan tindakan kejahatan.

Kedua: Sudah Tua

Tua itu merupakan sebuah keniscayaan. Maka preman yang merupakan salah satu golongan orang kurang terdidik akan mengalami roda perubahan. Maksudnya keterampilan ataupun tingkat pendidikan yang dimilikinya tidak memadai dengan lowongan pekerjaan. Pekerjaan mereka semata hanya mengandalkan kekuatan fisik semata dan perlahan kekuatan itu akan menyusut dengan seiring bertambahnya usia. Maka orang yang lebih muda akan mulai mengambil posisinya.

Oleh sebabnya para preman tua sadar sendiri akan eksistensinya dan perlahan menanggalkan atribut kepremanannya. Sebab jika dia tetap mempertahankan eksistensi kepremananya mereka akan diserbu oleh golongan yang lebih muda. Ibarat kata pepatah tidak boleh ada dua harimau di satu gunung yang sama. Dengan pensiun dengan kesadaran sendiri tanpa mesti diserbu akan membuat dirinya terlihat "berharga diri" dan tidak akan menimbulkan kerugian akibat serbuan para preman muda.

Ketiga: Memiliki kemampuan finasial atau setidaknya cara mendapatkan finansial

Tak dapat dipungkiri bahwa uanglah yang menjadi tujuan para preman. Uang itu bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhannya tanpa mesti harus "sia-sia" mengikuti kegiatan persekolahan. Maka dengan cara pintas ia akan terjun ke dunia premanisme.

Di situ akan terpampang jelas akan limpahan duit yang bisa diperoleh dengan perkara "mudah". Hanya bermodalkan nyali dan sifat rela mati demi negara uang bergeluyuran di hadapannya. Tapi yaitu, uang yang diperolehnya akan dipergunakan sebagai modal awal berbisnis.

Bisnis yang dijalankan, perlahan akan dapat memperanakkan uang kembali. Entah berbisnis makanan atau menjadi penyalur tenaga keamanan. Dengan memiliki kemampuan finansial itu atau insting bisnis memperoleh uang itu akan membuat dirinya pensiun meninggalkan dunia hitam.

Tapi yang pasti usia akan bertambah dan tenaga berkurang. Gunakan waktumu sebaik mungkin belajar agar tidak menjadi sosok yang menakutkan masyarakat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun