Mohon tunggu...
Johan Wahyudi
Johan Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Pernah meraih Juara 1 Nasional Lomba Menulis Buku 2009 Kemdiknas pernah meraih Juara 2 Nasional Lomba Esai Perpustakaan Nasional 2020, mengelola jurnal ilmiah, dan aktif menulis artikel di berbagai media. Dikenal pula sebagai penyunting naskah dan ghost writer. CP WA: 0858-6714-5612 dan Email: jwah1972@gmail.com..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Mungkinkah Gajah Itu Setinggi Pohon Kelapa?

27 September 2010   00:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:56 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_270533" align="alignleft" width="300" caption="Gerbang Masuk Museum Sangiran"][/caption]

Pernahkah Anda menonton film Jurassic Park? Film itu mengisahkan kehidupan binatang zaman purba. Kita diajak untuk menikmati kehidupan dinosaurus, tyrex, dan sejenisnya. Binatang-binatang itu terlihat sangat besar dan ganas. Apakah Anda akan mempercayainya bahwa kehidupan dahulu itu memang seperti itu?

[caption id="attachment_270534" align="alignleft" width="300" caption="Evolusi bentuk manusia"][/caption]

Jika Anda pergi ke Sangiran, Anda akan mempercayai bahwa makhluk-makhluk purba memang berukuran sangat besar. Di Museum Purbakala Sangiran, Anda akan melihat fosil gajah yang mungkin ukuran aslinya sepanjang 8 meter! Jika melihat gajah dengan gading sepanjang 1 meter saja sebesar itu, mungkin gajah dahulu itu setinggi pohon kelapa. Dan saya percaya bahwa dahulu gajah dan binatang purba memang berukuran teramat besar.

[caption id="attachment_270536" align="alignleft" width="300" caption="Fosil gading gajah sepanjang sekitar 4 meter"][/caption]

Museum Sangiran memang membuktikan sejarah purba. Tidak ada yang pernah menduga bahwa Sangiran dahulunya merupakan sebuah lautan. Daerah di mana saya tinggal merupakan lautan dalam. Karena gerakan bumi, lautan itu kemudian terangkat. Maka, terjadilah cekungan akibat pengangkatan itu. Bukti bahwa Sangiran dahulu merupakan lautan pun ada. Di sana, kita akan melihat beragam fosil kerang, gigi ikan hiu, tumbuhan laut, dan karang atau coral.

[caption id="attachment_270538" align="alignleft" width="300" caption="Fosil tulang Megadon (sejenis dinosaurus)"][/caption]

Saya sering terhenyakkan dengan pemandangan indah itu. Saya tak terhenti untuk menyaksikan proses kehidupan purba. Melalui visualisasi teknologi, kita akan melihat rangkaian kehidupan zaman purba. Sebuah kehidupan yang sarat dengan rahasia alam.

[caption id="attachment_270540" align="alignleft" width="300" caption="Fosil binatang laut sebagai bukti bahwa sahulu Sangiran adalah lautan"][/caption]

Kita akan mengetahui tengkorak manusia Pithecantropus erectus. Sebuah teori menyatakan bahwa manusia berasal dari kera yang berjalan tegak. Namun, teori ini akhirnya terbantahkan. Jika manusia memang berasal dari kera, tentu zaman sekarang sudah tidak ditemukan lagi kera. Kera-kera itu telah berubah menjadi manusia.

[caption id="attachment_270541" align="alignleft" width="300" caption="Pusat penjualan cindera mata khas Sangiran"][/caption]

Kita juga akan menjumpai fosil manusia Homo sapiens. Manusia adalah makhluk cerdas. Dengan kecerdasannya, manusia dapat meraih kehidupan layak. Maka, manusia cerdas ini mulai mengenal peradaban. Mereka mulai menggunakan peralatan-peralatan sederhana untuk memenuhi kebutuhan kehidupannya. Kondisi ini dibuktikan oleh temuan fosil kampak batu, peralatan pertanian, dan alat rumah tangga.

[caption id="attachment_270543" align="alignleft" width="300" caption="Mobil pengunjung berderet di parkiran"][/caption]

Hari Minggu ini merupakan hari yang indah bagi kami sekeluarga. Saya mengajak anak-anak untuk mengenal sejarah zaman purba. Mereka terlihat sangat menyukai kunjungan ini. Sedari pagi, mereka sudah bersiap-siap.

[caption id="attachment_270546" align="alignleft" width="300" caption="Para remaja yang tidak mengindahkan kesantunan dengan berpacaran secara terbuka"][/caption]

Ternyata, pagi ini Museum Sangiran dipadati pengunjung. Berderet-deret bus, mobil, dan motor tertata di tempat parker. Sampai-sampai, saya mengalami kesulitan untuk menempatkan mobilku. Ketika memasuki gedung utama, para pengunjung berdesak-desakan. AC yang terpasang tak mampu menetralisasi udara yang pengab. Jadilah para pengunjung itu menahan udara tak sedap.

Seiring dengan pembangunan yang terus dilaksanakan, saya menyayangkan perilaku segelintir pengunjung. Ternyata, ada beberapa pasangan remaja yang memanfaatkan indahnya bangunan dan sarana untuk berpacaran. Mereka terlihat tidak mengacuhkan pengunjung lainnya. Dan yang membuatku geram, para petugas keamanan pun tidak menegur mereka. Karena Museum Sangiran berfungsi sebagai sarana pendidikan, alangkah baiknya mereka diingatkan agar tidak meracuni paa pengunjung lainnya yang rerata pelajar dan peneliti. Semoga saja segera mendapat perhatian!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun