Saya tersenyum ketika menyimak sebuah tulisan kompasianer Felix Tani berjudul 'Kasian, Kompasianer Milenial Takut Kenthir' edisi 24 Juli 2020.
Pasalnya, sebagai penulis artikel serius saya sudah jarang tersenyum padahal aktivitas menulis perlu ada keseimbangan antara santai dan serius. Bila keseimbangan itu tidak ada bisa berakibat buruk bagi diri kita. Kita akan mengalami stress ringan dan berkembang jadi berat.
Senyum dan tertawa itu memang perlu.
Namun apakah senyum dan tawa ini dapat mengobati semua persoalan kehidupan di era serba sulit saat ini?
Boleh ya boleh tidak!
Saya anggap tulisan Prof Felix, (biasanya saya sapa begitu) mengandung nilai yang perlu di apresiasi. Tulisan itu bukan hanya buat kompasianer milenial namun juga buat semua penghuni rumah besar Kompasiana. Artinya, jangan takut menulis artikel kenthir! Jangan hentikan menulis artikel artikel opini yang diselipi kata kata humor.
Saya setuju kalau kenthir itu cerdas, kreatif dan produktif. Vita brevis, umur jangan dihabiskan untuk serius terus sepanjang siang dan malam.
Nah, saya menduga adanya kerinduan kompasianer membangkitkan suasana pada masa jayanya komunitas Planet Kenthir yang mengilang di Kompasiana.
Komunitas yang dulunya merajai nilai tertinggi karena memiliki peminat besar dalam menyimak karya karya yang menyegarkan dan menyenangkan walaupun isinya sebuah kritikan yang disampaikan dengan selipan humor di dalamnya.
Tidak ada salahnya bila komunitas kompasianer kenthir kembali hadir dan berselancar di Kompasiana.Â
Tulisan kenthir tentunya bernuansa humor. Kalau di media cetak dikenal dengan karikatur atau kartun. Kita mengenal humor sebagai sikap yang cenderung dilakukan untuk membangkitkan rasa gembira dalam memicu gelak tawa.
"Tujuan penulisan humor tidak semata mata menghasilkan ketawa ketiwi setelah itu lupa dan tidak berbekas pada si pembacanya. Humor atau lawak seyogyanya memberikan pencerahan terhadap pihak yang lain yang telah berbuat keliru dan kembali memperbaiki kesalahan. Bukan sebaliknya, artinya ada pesan moral disana.Humor itu tidak harus terjebak kata kata bias dan ringan. Kendati humor  kadang di tafsirkan sebagai banyolan yang mendorong orang lain untuk tertawa"(astree hawa HAWA, kompasiana.com, 18/12/2009)
Menarik menyimak tulisan Arwah Setiawan berjudul 'Humor itu Serius'. 'Humor adalah suatu komoditi yang pengadaannya sekarang tidak mengkhawatirkan di Indonesia. Dimana mana dan di tengah keadaan yang rata rata dinilai belum tentram dan bahagia ini, kita masih melihat  khalayak ramai tersenyum senyum bahkan terbahak bahak'
Arwah Setiawan berpendapat semua bidang cipta di ciptakan sederajat. Mengutip pendapat Arthur Koestler dalam bukunya The Act of Creation yang membagi kreativitas manusia dalam 3 wilayah Humor, Ilmu Pengetahuan dan Seni. Selengkapnya dapat disimak disini: http://majalahumor.blogspot.com/2018/02/humor-ituserius.htmlÂ
Humor membuat orang tertawa, ilmu pengetahuan mengakibatkan orang menjadi paham dan seni membuat orang takjub atau terharu.
Jadi humor, ilmu pengetahuan dan seni adalah sederajat. Boleh juga disebut humor itu sesuatu yang serius!Â
Kompasianer yang memiliki minat dan bakat menulis artikel humor, marilah kita hiasi Kompasiana dengan tulisan segar yang dapat menghibur dan menyenangkan hati kita semua sehingga kita terhindar dari bahaya penyakit stress!
Ingat selalu pesan Prof Felix, vita brevis....Selamat berkarya. Salam Kompasiana.