Mohon tunggu...
Johani Sutardi
Johani Sutardi Mohon Tunggu... Freelancer - Pensiunan Bankir Tinggal di Bandung

Hidup adalah bagaimana bisa memberi manfaat kepada yang lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menikmati Touring 100-K Bandung-Garut Bersama Paguyuban Pensiunan yang Mengasyikan

26 Februari 2020   20:17 Diperbarui: 27 Februari 2020   05:43 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumen Pribadi, Kebun Mawar Situhapa

Okelah, pikirku. Panitia saja optimis kenapa aku yang hanya peserta harus khawatir.

Kemarin pagi kami berangkat ke Garut. Rombongan dengan lima minibus  Toyota Hiace berangkat dari halaman Kantor BRI Asia-Afrika pukul enam pagi. Aku menunggu di Binong menyesuaikan dengan rute yang dilalui yang tak jauh dari tempat tinggalku di Antapani.

Pagi itu hujan turun rintik-rintik, saat kendaraan keluar dari Jalan Tanjungsari masuk ke Jalan Jakarta terjadi kemacetan. Kendaraan sulit bergerak, aku bersama istri dan Adena -si bungsu, yang berada di dalam taksi online tak bisa berbuat banyak. Supir taksi online mengeluh.

Aku mencoba kontak dengan Pak Hardi, kordinator bus-4 dengan mengirim pesan WA. Hanya cheklist satu, tidak terkirim. Dicoba kontak lewat telpon, tidak aktif. Gawat. Akhirnya, aku WA Pak Sumardi, kawan satu bus. Cheklist dua, tetapi belum dibaca.

Hujan masih gerimis aku turun di depan BRI Unit Binong. Baru saja mau mencari tempat berteduh, tak jauh dari tempatku berdiri minibus Toyota Hiace menepi. Di kaca depan tertulis Goes to Garut, di bawahnya angka 5 besar. Dari pintu tengah terlihat kepala Pak Cucu melongok.

"Ayo, naik Pak!"
"Saya di mobil 4, Pak Cucu!"
"Tapi, saya diminta jemput Bapak di sini."

Dengan sedikit ragu, aku, istriku dan Adena naik ke atas mobil. Ada 5 tempat duduk yang kosong. Aku menengok jam di HP, sudah pukul 7.10.

Setelah belok di lampu merah Kiaracondong Pak Sumardi, kawan di mobil 4 sesuai daftar dari panitia menelpon. Di depan BRI Unit Binong tidak ditemukan saya, katanya. Betul dugaanku, sudah salah mobil. Pak Cucu rupanya cukup menjemput peserta di Gedebage, panitia keliru maklum pensiunan. Di perempatan Gedebage aku berganti mobil sesuai daftar yang baik dan benar memgikuti EYD. Habis itu mobil melaju ke arah Sapan.

Kursi di mobil 4 pun tidak terisi semua, karena ada yang batal berangkat. Aku duduk di bangku paling belakang dengan Pak Zaenal Abidin. Ia asli Bandung sehingga tahu sampai ke gang-gang sempitnya juga pandai mengobrol.

Setelah 12 tahun pensiun, Pak Abidin menikmatinya dengan tenang dan bersahaja. Dulu saat memasuki masa pensiun anak bungsu dari ketiga anaknya masih kuliah. Bersama istrinya ia membuat dan berjualan keripik kentang, sempat sampai 6 ton kentang basah dalam sebulan pada saat-saat puncak produksinya. Sekarang ketika si "anak kentang" sudah lulus dan sudah bekerja di perusahaan tambang emas di Halmahera, Bapak dengan tiga anak yang semuanya lulusan Unpad dan sudah bekerja itu betul-betul menikmati indahnya masa pensiun.

Tidak terasa mobil sudah tiba di Majalaya. Sejak 10 tahun memiliki KTP Bandung, setelah pensiun -hari ini, aku baru tahu kota yang dikenal dengan daerah banjir di Bandung selatan ini. Tetapi, pagi ini di kota itu tidak banjir, jalanan hanya sedikit basah karena gerimis tadi pagi. Pak Abidin pun melanjutkan ceritanya, tentang suka duka bekerja 33 tahun di BRI. Ia memulai karir sebagai petugas bimas dan berakhir dengan jabatan supervisor kas. Aku mengangguk beberapa kali sambil menyimak kisahnya. Kisa perjalanan karir yang kadang mengharukan, sesekali mengagumkan. Ia pun bangga dalam karirnya yang hanya berbekal sertipikat kursus Bon-A, bisa pensiun normal nyaris tanpa cacat selama karirnya. Cerita Pak Abidin sudah sangat mengasyikan daripada tournya sendiri. Banyak hal-hal yang dilakukannya selama menjalani pensiun dengan bersahaja yang perlu diteladani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun