Mohon tunggu...
Johani Sutardi
Johani Sutardi Mohon Tunggu... Freelancer - Pensiunan Bankir Tinggal di Bandung

Hidup adalah bagaimana bisa memberi manfaat kepada yang lain

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sesuatu yang Ditakutkan dalam Pikiran dalam Kehidupan Nyata Sebagian Besar Tidak Pernah Terjadi

11 Februari 2020   19:31 Diperbarui: 12 Februari 2020   14:30 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ta-ta, ta-ta-ta. Ta-ta-ta, tata!"

Semua yang sedang makan menengok ke arah bayi, memanjangkan leher dan menahan makanan di kerongkongan. Aku terharu menyaksikannya.

Sampai di Solo di halaman rumah Pak Harto dan Ibu Henny -istri Pak Harto, pemilik kos di Laweyan, hari mulai gelap. Melihatku turun dari mobil Pak Harto menghampiri.

"Waaahh, ini bayinya to?" tanya Pak Harto sambil mendekati istriku yang menggendong bayi.

Istriku mengangguk takzim. Putri bayi kecilku sudah terbangun sejak mobil berhenti di halaman rumah itu. Kepalanya melongok-longok seperti mencari-cari bunga kenanga kuning yang seminggu yang lalu bermekaran di halaman rumah sederhanaku di Cirebon. Bu Henny yang belakangan tahu langsung menghampiri istriku kemudian mencolek pipi bayi mungilku yang montok.

"Iih, someh ya?" kata Bu Henny sambil memperhatikan bayiku yang tergelak menunjukkan lesung pipit di pipinya.

Hari itu hari libur, hampir semua penghuni kos sedang berada di kamarnya masing-masing. Mendengar ribut-ribut di luar, semuanya keluar. Semuanya meyambut kami dengan sumringah, berebut ingin menggendong bayi kecilku.

Saya terharu menyaksikannya. Rasanya bukan aku yang pindah ke Solo. Sore ini aku seperti habis mengantar Putri, bayi kecilku untuk tinggal di Solo dalam sementara waktu. Sambutan pemilik rumah kos dan seluruh penghuninya begitu hangat. Kamar kecil tak berjendela yang beratap seng, kamar kos kami sore itu serasa lapang dan nyaman. Hari sudah gelap aku segera mengajak istriku untuk memboyong bayiku masuk ke dalam kamar.

Hari-hari dipenuhi keceriaan. Putri tidak sendiri rupanya. Pemain sepak bola dan pegawai ekspedisi yang membawa keluarga, rupanya sama-sama punya bayi yang sebaya dengan Putri bayi kecilku itu. 

Pagi-pagi selepas mengantarku ke pintu gerbang di halaman utama Putri melambaikan tangan dengan menggoyang-goyang kedua lengannya sambil bilang da-da, da-da. Sehabis itu ia berjemur bertiga dengan kawan-kawan bayinya, di depan pintu kamar kos.

Hari ini sudah 9 bulan usianya. Tingkah lakunya semakin nyenengke, menggemaskan. Di Solo aku lebih sibuk dan bersemangat membesarkan putriku daripada aktivitasku dalam program on the job training di Kantor Cabang BRI Solo, Sudirman. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun