Mohon tunggu...
Johanes Marno Nigha
Johanes Marno Nigha Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar

Sedang Senang Menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

McDonaldisasi Bose, Sambal Lu'at, dan Se'i, Mungkinkah?

5 September 2021   10:21 Diperbarui: 5 September 2021   10:30 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Proses pembuatan Se'I bertempat di hutan. Pertanyaan yang muncul, mengapa ritual dan pembuatan Se'I berlangsung di hutan? Ini soal kepraktisan. Masyarakat masa itu sudah berpikir soal kepraktisan.

Kayu bakar untuk proses memasak Se'I paling banyak terdapat di hutan. Proses masak yang lama bisa diisi dengan mengerjakan hal-hal lain. Beraktivitas di hutan dapat menjadikan segala sesuatu lebih sederhana untuk dikerjakan ketimbang di rumah.

Praktik hidup seperti ini kemudian menghilang lalu berpindah ke rumah bulat Ume Kbubu. Struktur bangunan Ume Kbubu ini mempunyai tinggi 4 meter. Di dalam Ume Kbubu  api akan menyala sepanjang hari.

Apabila ada keinginan untuk menyantap daging, stok daging sudah tersedia. Loteng rumah Ume Kbubu berfungsi sebagai gudang penyimpan makanan.Para ibu mempunyai hak istimewa dalam ruang penyimpanan makanan di loteng Ume Kbubu. 

Ruang penyimpanan ini semacam ruang teritori istimewa untuk para ibu. Mereka mengatur dan menata bahan makanan tersebut berdasarkan sistem manajemen praktis. Satu hal yang penting adalah makanan disusun berdasarkan kapan makanan itu akan dikeluarkan. Contoh jagung terbaik untuk dimakan dalam rupa Bose akan dikeluarkan paling akhir.

Ada kecemasan besar saat ini ketika melihat rumah tradisional masyarakat telah hilang berganti rupa dengan rumah moderen. Di sisi lain hutan-hutan pun banyak menghilang. Masyarakat lalu kehilangan cukup banyak pengetahuan yang bersinggungan dengan alam dan kehidupan harian mereka.


Tawaran menjadi manusia moderen sungguh amat memikat. Namun pemikat ini sekaligus mematikan masyarakat tradisional. Hari-hari ini kita menjumpai masyarakat membeli makanan di supermarket. Makanan impor menjadi idola baru dan menunjukan status sosial baru di masyarakat.

Sumber-sumber makanan lalu berubah dari hutan menuju supermarket. Pola pikir pun mengalami pergeseran dan perubahan. Menjadi sebuah bencana besar ketika pandemi datang melanda.

Masyarakat tidak memiliki acuan pengalaman tentang cara menyimpan makanan. Hal ini karena sumber-sumber pengetahuan seperti rumah tradisional dan hutan  telah ikut  lenyap.

Saat pembatasan oleh negara berlangsung akibat wabah masyarakat mengalami beragam kesusahan. Pada hal sesungguhnya pengetahuan tentang beragam makanan sebenarnya ada di dekat mereka.

Ada persoalan panjang dan cukup serius tentang bagaimana makanan lokal tercerabut dari akar budayanya. Generasi sekarang tidak mempunyai keterhubungan yang cukup tentang makanan lokal. Di sana ada persoalan identitas yang rumit dan panjang terkait perubahan pola hidup dan pemilihan makanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun