Mohon tunggu...
Johanes Marno Nigha
Johanes Marno Nigha Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar

Sedang Senang Menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

McDonaldisasi Bose, Sambal Lu'at, dan Se'i, Mungkinkah?

5 September 2021   10:21 Diperbarui: 5 September 2021   10:30 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena itu ada semacam salah kaprah saat gerai-gerai tertentu yang menjual sambal Lu'at tanpa proses pengawetan,  langsung menamakan sambal tertentu sebagai sambal Lu'at. Apalagi menyebut sambal yang baru saja dibuat dan langsung dikonsumsi sebagai sambal Lu'at.

Pada dasarnya sambal Lu'at melewati proses fermentasi. Rasa paling enak ada pada sambal Lu'at hasil fermentasi selama tiga bulan. Fermentasi bisa dibuat dalam rentang waktu 1-3 bulan sebelum mulai dikonsumsi.

Pada masa lalu, masyarakat Mollo membekali dirinya memasuki hutan hanya dengan bermodalkan tabung bambu yang berisikan sambal Lu'at ini. Masyarakat membawa tabung bambunya dalam tas saat mulai menjelajahi hutan mereka.

Masyarakat tahu bahwa makanan ada di dalam hutan. Mereka bisa menjumpai madu, sayur-sayuran dan berbagai jenis umbi-umbian  di hutan. Pandangan hidup yang luar biasa ini mirip dengan apa yang diungkapkan Charles Toto dalam pengalaman menjelajahi hutan Papua.

Hutan bagi masyarakat Mollo adalah juga pasar gratis bagi mereka. Tak perlu uang karena hutan dapat diakses secara gratis. Jaminan sosial dan ekonomi masyarakat adalah hutan mereka.

Lalu bagaimana dengan daging asap atau Se'I itu?  Apa sejarah yang melatari munculnya se'i? Ada cukup banyak salah kaprah tentang Se'I atau daging asap di Timor khususnya Mollo ini.


Pada intinya memasak Se'i menggunakan prinsip Slow Cooking. Memasak dalam rentang waktu yang panjang. Daging dimasak lewat teknik pengasapan. Jarak antara daging yang mau dimasak dan api bisa 4 meter dan dibutuhkan waktu 1-2 hari.

Masyarakat Timor dahulu menggunakan Se'I sebagai media ritual syukuran. Sebelum tanah ulayat diambil, setiap marga pada masa itu mendapatkan tanah ulayatnya masing-masing lengkap dengan hutan dan padang rumput.

Di padang rumput inilah sejumlah besar kawanan sapi akan dilepas. Masing-masing sapi mempunyai simbol marganya tersendiri. Hal ini dibuktikan dengan cap pada tubuh setiap sapi.

Pada saat itu padang rumput menjadi tempat paling aman untuk melepaskan sapi. Di padang rumput sapi bertumbuh dengan baik. Saat musim tertentu yang ditandai sebagai musim untuk memanen sapi, selalu diawali dengan doa ucapan syukur pada Uis Neno, Uis Pah.

Suatu sebutan yang dilekatkan pada Tuhan pemilik dunia  dalam kosmologi masyarakat tradisional Timor. Biasanya untuk kebutuhan ritual syukuran akan dipilih satu ekor sapi gemuk untuk disembelih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun