Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Manfaat Nutrasetika di Tengah Pandemi

22 Juli 2021   15:08 Diperbarui: 22 Juli 2021   15:58 1675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nutrasetika. Sumber: https://images.financialexpress.com/2018/09/1-34.jpg

Nutrasetika adalah istilah umum yang digunakan untuk menyebutkkan setiap produk yang berasal dari sumber makanan dengan manfaat kesehatan tambahan selain nilai gizi dasar yang ditemukan dalam makanan.

Produk Nutrasetika bisa dianggap sebagai terapi biologis non-spesifik yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan umum, mengendalikan gejala, dan mencegah proses keganasan.

Istilah "Nutrasetika" menggabungkan 2 kata dari "Nutrisi," yang merupakan komponen makanan bergizi, dan "Farmasetika," obat medis.

Nama Nutrasetika diciptakan pada 1989 oleh Stephen DeFelice, pendiri dan ketua Yayasan untuk Inovasi dalam Kedokteran (Foundation for Innovation in Medicine), yang merupakan organisasi yang berlokasi di Cranford, New Jersey, Amerika Serikat.

Sup Ayam Herbal Cina. Sumber: https://www.seriouseats.com/silkie-chicken-soup 
Sup Ayam Herbal Cina. Sumber: https://www.seriouseats.com/silkie-chicken-soup 

Makanan, atau Obat, atau Dua-duanya?
Jika Anda berjalan menyusuri Jalan Henan di Shanghai dan melewati toko-toko yang menjual obat-obatan China, Anda mungkin akan sulit memutuskan apakah mereka menjual lebih banyak obat daripada makanan atau lebih banyak makanan daripada obat.

Di sana Anda akan menemukan kulit kayu manis dipajang berdampingan dengan ham, urat harimau dan ginjal berang-berang bersama dengan siput laut, dan tanduk rusa muda bersama dengan jamur dan kurma Beijing.

Semuanya baik untuk tubuh dan semuanya adalah makanan bernutrisi. Perbedaan antara makanan dan obat-obatan secara positif tidak mungkin Anda temukan dalam sebotol "anggur urat harimau dan buah quince."

Bedanya, tonik China, misalnya, tidak mengandung 3 gram hipofosfat, tapi merupakan sebuah resep yang terdiri dari semangkuk sup ayam berkulit hitam, yang dimasak dengan Rehmannia lutea. Ini sepenuhnya merupakan kebiasaaan dalam praktik pengobatan China yang sudah berlangsung ribuan tahun.

Sebelum pabrik farmasi dikembangkan di China dan bahkan sampai sekarang pun, obat-obatan tertentu tidak diminum dalam bentuk pil atau tablet, tapi disajikan sebagai rebusan yang secara harfiah disebut "sup."

Pengobatan China disusun dan disiapkan dengan cara yang sama seperti sup biasa, dengan memperhatikan pencampuran rasa dan bahan yang tepat. Tiap rebusan bisa mengandung 7 atau 8 hingga dua 20 bahan, yang dirancang untuk menyehatkan dan memperkuat tubuh secara keseluruhan, selain melawan penyakit.

Pada dasarnya, kesamaan pengobatan China dan Barat adalah dalam pemikiran bahwa, ketika sebuah organ seseorang sakit, bukan hanya organ itu, tetapi seluruh tubuhnya yang sakit.

Semua yang bisa dilakukan obat bermuara pada prinsip penting untuk memperkuat energi vital kita, melalui tindakan pada sistem organ dan cairan dan hormon tubuh yang sangat rumit dan membiarkan tubuh menyembuhkan dirinya sendiri.

Alih-alih meminum tablet aspirin, orang bisa meminum semangkuk besar teh herbal untuk menghasilkan keringat, atau alih-alih meminum tablet kina, semangkuk sup kura-kura yang kaya dengan jamur, dan dimasak dengan potongan kulit kayu kina.

Departemen diet rumahsakit modern mestinya diperbesar, dan rumahsakit masa depan itu sendiri akan sangat mirip dengan restoran sekaligus sanatorium.

Utamanya di masa pandemi ini, kita harus sampai pada konsepsi menjaga kesehatan dan mengobati penyakit yang menyatu satu sama lain, melalui tindakan memakan makanan untuk mencegah penyakit dan bukannya meminum obat untuk menyembuhkan penyakit itu setelah menimpa tubuh kita.

Filosofi di balik Nutrasetika adalah untuk fokus pada pencegahan, sesuai ucapan yang juga diucapkan oleh dokter Yunani kuno Hippokrates (460 SM - 370 SM), sang bapak kedokteran: "biarkan makanan menjadi obat Anda."

Definisi nutrasetika dan produk-produk terkait nutrasetika umumnya tergantung pada sumbernya. Produk nutrasetika ini bisa diklasifikasikan berdasarkan sumber alami, kondisi farmakologis, serta konstitusi kimianya.

Paling sering, Nutrasetika dikelompokkan ke dalam 4 kategori yang meliputi suplemen makanan, makanan fungsional, makanan obat, dan farmasetika.


1. Suplemen makanan merupakan produk yang mengandung nutrisi yang berasal dari produk makanan yang sering terkonsentrasi dalam bentuk cair, kapsul, bubuk, atau pil.

2. Makanan fungsional mencakup makanan utuh dan diperkaya, serta komponen makanan yang diperkaya atau ditingkatkan, yang bisa mengurangi risiko penyakit kronis dan memberikan manfaat kesehatan di luar nutrisi tradisional yang dikandungnya.

3. Makanan medis diformulasikan untuk dikonsumsi atau diberikan secara internal di bawah pengawasan dokter yang berkualifikasi. Penggunaannya adalah untuk pengelolaan diet khusus dari suatu penyakit atau kondisi yang kebutuhan nutrisinya ditentukan oleh evaluasi medis dan berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah yang diakui.

4. Farmasetika (Farmaceutical) adalah komponen bernilai medis yang dihasilkan dari tanaman atau hewan. Farmasetika merupakan kombinasi dari kata "pertanian" ("farm") dan "Pharmaceutical."

Catatan:
Dalam bahasa Indonesia, Farmaceutical dan Pharmaceutical sama sekali tidak bisa dibedakan, karena keduanya disebut Farmasetika. Saya pribadi, yang bahkan sudah membuat 2 surat terbuka kepada KBBI, lebih setuju jika fonem "ph" jangan diubah menjadi "f." Inilah contoh yang menyulitkan para ilmuwan, dalam hal ini Apoteker atau ahli farmasi.

Pendukung konsep Farmaceutical yakin bahwa penggunaan tanaman, dan bahkan mungkin hewan, sebagai pabrik farmasi jauh lebih hemat biaya daripada metode konvensional, dengan pendapatan yang lebih tinggi bagi produsen pertanian.

Selama beberapa tahun terakhir, nutrasetika telah menarik minat yang cukup besar karena potensi nutrisi, keamanan, dan efek terapinya.

Produk nutrasetika bisa berperan dalam banyak proses biologis, termasuk pertahanan antioksidan, proliferasi sel, ekspresi gen, dan menjaga integritas mitokondria.

Oleh karena itu, nutrasetika bisa digunakan untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit kronis, menunda proses penuaan, dan pada gilirannya meningkatkan harapan hidup, atau sekadar mendukung fungsi dan integritas tubuh.

Produk nutrasetika dianggap sebagai sumber yang sehat untuk pencegahan penyakit yang mengancam jiwa seperti diabetes, gangguan ginjal dan pencernaan, serta berbagai infeksi.

Berbagai macam nutrasetika telah terbukti memiliki peran penting dalam status kekebalan dan kerentanan terhadap keadaan penyakit tertentu.

Nutrasetika juga menunjukkan indikasi pengubah penyakit yang berhubungan dengan stres oksidatif termasuk alergi, penyakit Alzheimer, penyakit kardiovaskular, kanker, kondisi mata, penyakit Parkinson, dan obesitas.

Nutrasetika atau disebut juga biosetika (bioceutical) adalah obat alternatif yang mengklaim memiliki manfaat fisiologis.

Pandemi COVID-19 (penyakit virus corona 2019) disebabkan oleh sindrom pernafasan akut yang parah Coronavirus 2 (SARS-CoV-2).

Di satu sisi, pengembangan vaksin SARS-CoV-2 bergerak maju dengan kecepatan yang tak tertandingi, dan di sisi lain, saya menemukan sebuah artikel dari Dr. Ramya Dwivedi, Ph.D yang mengulas tentang tim peneliti yang dipimpin oleh Profesor Mohamed El Raey dari National Research Centre, Dokki, Kairo, Mesir, yang melihat nutrasetika sebagai antivirus potensial terhadap SARS-CoV-2.

Produk alami adalah sumber yang belum dimanfaatkan untuk senyawa yang bisa digunakan dalam pencegahan dan pengobatan berbagai penyakit.

Kepustakaan:
1. Aggarwal, Bharat B., and Heber, David (Eds.), Immunonutrition Interactions of Diet, Genetics, and Inflammation, Taylor & Francis Group, LLC, 2014.
2. Mine, Yoshinori, Li-Chan, Eunice, and Bo Jiang (Eds.), Bioactive Proteins and Peptides as Functional Foods and Nutraceuticals, 1st ed., Blackwell Publishing Ltd. and Institute of Food Technologists, 2010.
3. Dwivedi, Ramya, Study of antiviral nutraceutical phenolics against SARS-CoV-2 main protease.
4. Berbagai sumber daring lainnya.

Jonggol, 22 Juli 2021

Johan Japardi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun