Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Seni Membaca

3 April 2021   11:00 Diperbarui: 24 April 2021   06:27 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika ada awan yang bagus di atas kepala seseorang, biarkan dia membaca awan dan melupakan buku-buku, atau membaca buku-buku dan awan sekaligus. Di sela-sela waktu membaca, sebuah cangklong dengan tembakau yang bagus atau secangkir teh yang bagus akan membuatnya lebih sempurna. Atau mungkin pada malam bersalju, ketika seseorang sedang duduk di depan perapian, dan ada sebuah ketel yang sedang bernyanyi di atas tungku dan sebungkus tembakau yang bagus di sampingnya, orang itu mengumpulkan sepuluh atau selusin buku tentang filsafat, ekonomi, puisi, biografi dan menumpuk buku-buku itu di atas sofa, dan kemudian dengan santai membolak-balik buku dan dengan lemah lembut menandai bagian-bagian yang menimbulkan imajinasinya pada suatu ketika. 

Zhin Zhengtan menganggap bahwa membaca sebuah buku yang dibredel di balik pintu yang tertutup pada malam bersalju merupakan kenikmatan terbesar dalam hidup. Suasana hati untuk membaca diuraikan dengan sempurna oleh Chen Zhiru (Meigong): "Orang-orang kuno menamakan buku-buku dan lukisan-lukisan sebagai ‘jilidan lemas' dan ‘jilidan lembut'; oleh karena itu, gaya terbaik untuk membaca sebuah buku atau membuka sebuah album adalah gaya santai." Dalam suasana hati ini, seseorang mengembangkan kesabaran untuk segala sesuatu. Seperti yang dikatakan oleh pengarang yang sama,

"Guru sejati menoleransi kesalahan cetak ketika membaca sejarah, seperti pengelana yang baik menoleransi jalan yang jelek ketika mendaki gunung, seseorang yang pergi melihat pemandangan bersalju menoleransi jembatan yang mudah patah, seseorang yang memilih hidup di desa menoleransi orang-orang yang vulgar, dan seseorang yang membungkukkan badan untuk melihat bunga-bunga menoleransi arak yang jelek."

Uraian terbaik tentang kenikmatan membaca saya temukan dalam otobiografi penyair wanita terbesar China, Li Qingzhao (Yi-an, 1081-1141). Dia dan suaminya pergi ke kelenteng, di mana buku-buku bekas dan gosokan dari inskripsi batu dijual, pada hari suaminya menerima gaji bulanan sebagai siswa di Akademi Kerajaan. Kemudian mereka membeli sedikit buah-buahan dalam perjalanan pulang, dan sesampainya di rumah, mereka pun mulai mengupas buah dan bersama-sama meneliti gosokan yang baru dibeli, atau meminum teh dan membandingkan varian-varian dalam berbagai edisi. Sebagaimana yang diuraikan dalam catatan otobiografinya yang dikenal sebagai Poskrip terhadap Zhinshilu (sebuah kitab tentang inskripsi perunggu dan batu):

Saya memiliki ingatan yang tajam, dan sambil duduk dengan tenang setelah makan malam di Aula Kepulangan, kami mendidihkan sepoci teh dan, menunjuk ke tumpukan buku di rak-rak, menerka pada baris ke berapa dari halaman ke berapa terdapat sebuah kalimat dan melihat siapa yang benar, yang membuat terkaan yang benar mendapat hak istimewa untuk lebih dulu meminum secangkir teh yang pertama. Ketika terkaannya benar, kami mengangkat cangkir kami tinggi-tinggi dan tertawa keras, kadang-kadang sampai teh itu tertumpah pada baju kami dan kami pun tidak bisa minum. Saat itu kami puas dengan hidup dan menua dalam dunia yang demikian! Oleh karena itu, kami mengangkat kepala kami tinggi-tinggi, walaupun kami hidup dalam kemiskinan dan kenestapaan...

Semakin lama koleksi kami semakin banyak dan buku-buku dan benda-benda seni menumpuk di atas meja dan kursi dan ranjang, dan kami menikmati semuanya dengan mata dan pikiran kami dan merencanakan dan membahas buku-buku dan benda-benda seni itu, merasakan sebuah kebahagiaan di atas kebahagiaan orang-orang yang menikmati anjing dan kuda dan musik dan dansa....

Catatan ini ditulis Li Qingzhao pada masa tuanya setelah suaminya meninggal dunia, ketika dia menjadi seorang wanita tua yang kesepian dan pergi dari satu tempat ke tempat lainnya selama pendudukan China Utara oleh suku Jin.

Disari dan diterjemahkan dari: The Importance of Living karya Lin Yutang. Sengaja diformat tanpa nomor halaman. Toh, ini hanya satu kalimat.

Jonggol, 3 April 2021

Johan Japardi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun