Mohon tunggu...
JoelItamed
JoelItamed Mohon Tunggu... Human Resources - ...

Gloomy Disposition

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Titik Temu

11 November 2018   19:55 Diperbarui: 11 November 2018   20:16 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Ternyata kamu juga anak adopsi ya, aku hanya ingin hidup yang lebih berwarna bagiku itu saja sudah cukup.", jawab Lisa.

            Tidak lama setelah kita saling mengenalkan diri polisi pun datang. Aku dan Lisa langsung berlari segera menghindari polisi yang datang.  Kami berlari dengan arah yang berbeda tetapi kenapa hanya aku yang dikejar ?

"Tunggu jangan bergerak nona!", teriak polisi itu.

            Polisi itu mengejarku dan menarik tanganku sampai aku terjatuh. Badanku lemas dan kesadaranku mulai hilang lagi. Polisi berusaha mengangkat badanku yang jatuh terkulai lemas. Rasanya seperti ada teriakan yang kencang di telinga kananku. Tanpa kusadari teriakan itu berasal dari diriku sendiri dan seketika teriakan itu hilang.

             Aku membuka mata kembali dan aku sedang berada di kamarku sambil menikmati udara sejuk yang masuk lewat jendela yang terbuka. Yap ! Inilah kekurangan yang mengganggu hidupku. Hidupku terjebak di dalam paradoks waktu. Tanda-tanda aku akan mengalami paradoks yaitu saat aku pingsan. Paradoks waktu yang ku alami bisa berupa pengulangan waktu atau melompati waktu. Seperti yang sudah kubilang tadi, paradoks ini tidak mengenal tempat, tetapi yang jelas aku akan kembali ke masa lalu apabila aku melakukan kesalahan.

"Vera, gurumu sudah datang !", teriak ibuku.

"Baik Bu aku datang.", balas aku.

Seketika aku pingsan lagi, lalu seperti yang sudah aku perkirakan, aku tersadar di jalanan dekat McDonald's itu lagi. Namun yang membuat kali ini berbeda, aku tidak dikejar di polisi melainkan Lisa. Saat aku melihat ia dikejar rasanya hati ini terdorong untuk membantunya. Dia ini temanku, memang saat ini dia bukan temanku tetapi aku tidak bisa untuk tidak menolong. Keberuntungan berada di pihakku, Lisa berlari ke arahku dan  akupun ikut berlari di depannya sambil memberi kode untuk mengikuti ke mana arahku berlari. Seperti yang kubilang tadi McDonald's dekat dengan rumahku. Aku berlari sekencang angin bersama Lisa menjauhi polisi-polisi itu. Aku sempat menoleh ke belakang, nampak wajah Lisa mengekspresikan pertanyaan-pertanyaan yang ada di pikirannya. Tetapi aku berusaha menampilkan ekspresi yang meyakinkan agar dia dapat terus percaya dan mengikutiku. Aku mengarahkan Lisa untuk masuk ke halaman rumahku. Di halaman rumahku terdapat ruangan bawah tanah khusus untuk aku dan keluarga yang mengasuhku agar dapat bersembunyi dari angin tornado yang sering melanda daerahku. Aku menarik tangannya menuju ruangan bawah tanah. Untung nya ruangan bawah tanah ini memiliki pintu yang tidak begitu terlihat jelas apalagi ini sudah malam. Kakiku rasanya mati rasa tidak bisa digerakan meskipun pada akhirnya aku dan Lisa pun dapat bebas dari polisi. Jantungku berdebar cepat rasanya kesadaranku mulai hilang kembali. Tetapi, aku sudah sejauh ini aku tidak ingin mengulang usahaku.

"Hei, Lisa tampar aku sekarang !", perintah aku.

"Apa ? Tau darimana kamu namaku?", tanya Lisa.

 "Sudah cepat lakukan ! Mohon tamparnya yang kencang !",balas aku sambil tersenyum palsu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun