Saat Kota Bergolak
Surabaya di masa kepemimpinan Mustajab bukanlah kota yang tenang. Hiruk-pikuk politik, ekonomi, dan sosial menuntut seorang pemimpin yang mampu merangkul masyarakat sekaligus menjaga stabilitas kota. Walikota Mustajab hadir sebagai figur yang tidak hanya menjalankan jabatan administratif, melainkan juga simbol harapan bagi warga.
Jejak Awal Sang Pemimpin
Raden Mustajab Soemowidagdo lahir dengan latar keluarga Jawa yang menanamkan nilai kedisiplinan, etika, dan pengabdian. Gelar Raden yang disandangnya menandakan posisi terhormat dalam tradisi kebangsawanan Jawa. Pada awal 1950-an, tepatnya sekitar 1952--1956, ia dipercaya memimpin Surabaya sebagai Walikota di era pasca-kemerdekaan.
Menjawab Tantangan Kota
Sebagai Walikota, Mustajab menghadapi berbagai tantangan: urbanisasi yang cepat, persoalan infrastruktur, hingga tarik-menarik politik nasional yang berimbas ke daerah. Namun ia dikenal sebagai sosok yang tidak mudah goyah. Setiap keputusan yang diambil selalu mempertimbangkan kepentingan warga Surabaya.
Kritik dan Dilema
Tentu tidak semua langkahnya mulus. Ada kalanya kebijakan yang ia ambil menuai kritik. Namun itulah seni kepemimpinan: berdiri di persimpangan antara keinginan rakyat, kepentingan politik, dan keterbatasan anggaran. Walikota Mustajab dikenal sebagai pemimpin yang berani mengambil risiko demi kemajuan kota.
Langkah-Langkah Konkret
Di masa kepemimpinannya, sejumlah program pembangunan kota mulai diperkuat. Infrastruktur jalan, pelayanan publik, dan penguatan identitas Surabaya sebagai kota besar Jawa Timur menjadi prioritas. Ia berupaya menghadirkan wajah Surabaya yang lebih tertata di tengah keterbatasan era itu.
Warisan Kepemimpinan
Sejarah mencatat Mustajab bukan sekadar nama dalam daftar Walikota. Ia menjadi bagian dari perjalanan panjang Surabaya yang membentuk identitas kota hingga hari ini. Warisannya adalah keberanian untuk memimpin dalam masa sulit, serta keteguhan untuk tetap berpihak pada masyarakat.
Antara Mustajab dan Brawijaya
Sering muncul pertanyaan, adakah hubungan antara Mustajab dan sosok Brawijaya dari Majapahit? Secara historis, tidak ada catatan resmi yang menghubungkan keduanya secara garis keturunan langsung. Mustajab adalah pejabat pemerintahan modern pada abad ke-20, sedangkan Brawijaya adalah figur raja Majapahit abad ke-15 yang banyak hidup dalam babad dan cerita rakyat. Namun, keduanya memiliki satu benang merah: sama-sama pemimpin Jawa yang menghadapi masa penuh gejolak... satu di era keruntuhan kerajaan, satu lagi di masa awal Republik.
Warisan Gelar dan Identitas
Gelar Raden yang disandang Mustajab bukan sekadar simbol, tetapi juga bagian dari identitas keluarga yang diwariskan hingga ke generasi berikutnya. Dalam tradisi Jawa, gelar ini menandakan posisi terhormat di tengah masyarakat. Kini, gelar itu masih hidup melalui keturunannya, menjadi jembatan antara sejarah keluarga dan perjalanan Surabaya di masa lalu.
Kenangan dan Inspirasi
Bagi keturunannya, Mustajab bukan sekadar tokoh publik, tetapi juga sosok keluarga. Cerita-cerita yang diwariskan menghadirkan inspirasi bahwa kepemimpinan adalah amanah, bukan sekadar jabatan. Semangat itu patut diwarisi oleh generasi berikutnya.
Rangkaian Walikota Surabaya
Untuk memahami posisi Mustajab, mari kita lihat konteks kepemimpinan di Surabaya pasca-kemerdekaan (sumber:Â Wikipedia -- Daftar Wali Kota Surabaya):
Daftar ini menunjukkan bahwa kepemimpinan Mustajab berada di fase awal Surabaya modern, saat kota baru saja bangkit dari turbulensi pasca-kemerdekaan.
Jejak yang Tak Sempat Kutemui
Saya tidak pernah mengenal beliau secara langsung. Eyang Mustajab sudah wafat sebelum ayah saya menikahi ibu saya. Karena itu, sosoknya bagi saya adalah potongan-potongan cerita yang dikisahkan kembali... dari arsip sejarah, dari ingatan keluarga, dari nama yang terpatri dalam gelar Raden yang kini saya sandang. Walau tak pernah bersua, saya merasa seakan tetap terhubung dengan beliau melalui warisan nilai dan jejak kepemimpinan yang ditinggalkannya.
Foto yang Menjadi Saksi
Kini, foto asli beliau sudah sulit ditelusuri keberadaannya. Yang tersisa hanyalah kopiannya, diwariskan dari satu tangan ke tangan lain dalam keluarga. Meski hanya berupa salinan, gambar itu tetap menjadi saksi... pengingat bahwa Surabaya pernah dipimpin oleh seorang Walikota bernama Raden Mustajab, dan bahwa jejak kepemimpinan tidak pernah benar-benar hilang selama masih dijaga dalam ingatan keluarga dan sejarah kota.
Nama yang Diabadikan
Pengabdian Mustajab sebagai Walikota Surabaya tidak berhenti pada masanya. Sebagai bentuk penghormatan, namanya kini diabadikan menjadi salah satu nama jalan di Surabaya. Setiap papan penunjuk arah yang bertuliskan "Jalan Mustajab" bukan sekadar penanda lokasi... melainkan pengingat bahwa kota ini pernah dipimpin oleh sosok yang berani, tegas, dan penuh dedikasi.
Sejarah Penamaan Jalan Mustajab
Dulunya, jalan ini dikenal dengan nama Ondomohen. Setelah masa kepemimpinannya, pemerintah kota memberi penghormatan dengan mengabadikan nama beliau menjadi Jalan Wali Kota Mustajab. Kini, jalan tersebut menjadi salah satu ruas protokol utama di pusat Surabaya... ramai dilalui warga setiap hari, sekaligus menjaga ingatan kolektif bahwa kota ini pernah dipimpin oleh sosok pionir pembangunan di era pasca-kemerdekaan (Liputan6, Detik).
Refleksi Personal
Sebagai cucu, saya merasa bangga sekaligus tertantang. Bangga karena darah kepemimpinan itu mengalir dalam keluarga kami. Tertantang karena jejak yang ditinggalkan begitu dalam, menuntut kami untuk menjaga nama baik dan melanjutkan semangat pengabdian. Eyang Mustajab telah tiada, namun warisan nilainya tetap hidup... dalam gelar, dalam sejarah, dalam foto-foto, bahkan dalam nama jalan yang setiap hari disebut ribuan orang di Surabaya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI