Ketika Dunia Masih Terlelap
Semuanya masih gelap. Server-server belum banyak bekerja, jaringan belum padat, dunia digital masih tenang. Tapi di satu sudut kamar, ada seseorang yang terjaga. Bukan karena notifikasi, bukan karena alert sistem. Ia bangun karena panggilan spiritual: tahajud.
Bangun malam bukan perkara mudah. Bahkan dengan teknologi canggih sekalipun, manusia masih sering gagal menjawab alarm duniawi. Namun, tahajud justru menembus batas itu---menghadirkan keajaiban: bangun bukan karena HP, tapi karena hati.
Wake-Up Call yang Tak Sekadar Bunyi
Dalam dunia IT, wake-up call bisa berarti sinyal otomatis, cron job, atau sistem monitoring yang memberi peringatan dini. Tapi tahajud adalah jenis wake-up call yang tak bisa dikodekan.
Ia tidak hanya membangunkan tubuh, tapi juga menyalakan ulang jiwa. Seolah kita di-reboot untuk menghadapi hari, dengan spiritual buffer yang lebih kuat. Tak ada sistem otomatis yang bisa menyamai efeknya.
Maintenance Server Kehidupan
IT punya jadwal rutin: maintenance tengah malam agar tak mengganggu jam sibuk. Begitu pula tahajud---waktu tenang untuk memperbaiki sistem internal: pikiran, niat, bahkan luka-luka batin yang tidak sempat kita perbaiki saat siang.
Tahajud adalah spiritual maintenance. Ia memperbaiki bug-bug dalam hati yang tidak terdeteksi oleh manusia lain. Logging-nya hanya bisa dibaca oleh satu entitas: Tuhan.
Manusia Bukan Sekadar Machine Learning
Di era AI, manusia mulai kalah dalam urusan logika, efisiensi, bahkan kalkulasi. Tapi tahajud mengingatkan bahwa kita bukan sekadar machine. Kita punya hati, dan waktu-waktu sunyi seperti inilah yang membuktikan bahwa iman dan kesadaran tidak bisa disubstitusi oleh kecerdasan buatan.