Remaja atau mahasiswa punya “mentor” untuk mendukung proses belajar dan emosi.
AI menjadi alat untuk refleksi diri, peningkatan diri, dan konsistensi harian.
Tapi... Apakah Aman?
Tentu saja, muncul pertanyaan penting:
Apakah kita terlalu bergantung pada mesin?
Apakah AI bisa memberikan nasihat yang sehat secara psikologis?
Bagaimana jika data emosi dan perilaku kita dikumpulkan dan digunakan?
Ini semua perlu perhatian. Teknologi ini punya potensi luar biasa—tapi harus diimbangi dengan regulasi dan kesadaran.
Penutup:
AI personal bukan lagi fiksi. Kita hidup di era di mana asisten virtual bisa menjadi pelatih kehidupan. Yang menentukan keberhasilannya bukan hanya teknologinya, tapi juga bagaimana kita menggunakannya dengan bijak dan beretika.
Nantikan artikel berikutnya: “AI Lokal dan Bahasa Daerah: Apakah Bisa?”