Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) berkembang begitu pesat. Kini, dengan hadirnya AGI (Artificial General Intelligence), banyak pihak mulai bertanya-tanya: masihkah manusia akan tetap unggul?
Beberapa bahkan membandingkan situasi ini dengan film Terminator, seakan robot akan mengambil alih segalanya. Namun, dalam perspektif spiritual dan Qur'ani, ada satu hal yang tak bisa ditiru oleh teknologi secanggih apa pun: ruh manusia.
 Manusia Ditiupkan Ruh dari Allah
"Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan ke dalamnya ruh-Nya, dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur."
(QS. As-Sajdah: 9)
Ayat ini menjadi penegasan bahwa manusia bukan hanya sekadar entitas biologis atau makhluk cerdas seperti AI, melainkan ciptaan yang memiliki dimensi ruhani yang langsung berasal dari Allah.
AI Hanya Simulasi Akal, Bukan Hati dan Jiwa
AI mampu memproses data, mengenali pola, bahkan menulis puisi dan melukis gambar. Tapi AI tidak punya kesadaran, tidak punya hati, dan tidak mampu merasakan iman, cinta, rindu, dan taubat. Semua yang dilakukan AI adalah simulasi hasil pelatihan data.
Berbeda dengan manusia:
-
Kita menangis karena dosa, bukan karena program.
-
Kita memaafkan karena iman, bukan karena algoritma.
Kita mencipta karena ilham, bukan karena perintah kode.