Mohon tunggu...
Joko Martono
Joko Martono Mohon Tunggu... Penulis - penulis lepas

belajar memahami hidup dan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Proksimitas Info, Menggugah Atensi Khalayak

13 September 2021   13:30 Diperbarui: 13 September 2021   16:06 1503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi dari dreamstime.com

Menggugah ataupun memikat atensi khalayak terhadap suatu info, terutama yang disampaikan melalui berita, features, opini, gagasan/ide maupun pemikiran lainnya yang dipublikasi lewat media- pastinya tidak cukup dilakukan secara spekulatif dan semau gue.

Apalagi jika ingin mendongkrak tingkat komsumsi khalayak yang menjadi sasaran komunikasi (komunikan) maka pelayanan terhadap kebutuhan maupun kepentingannya perlu mendapatkan perhatian secara proporsional.

Hal demikian sangat beralasan, mengingat aktivitas komunikasi dalam hal ini selalu melibatkan banyak unsur saling berkait. Masing-masing perlu mendapat porsi penelaahan tanpa kecuali terhadap komunikan/khalayak berikut karakteristik yang melekat pada dirinya.

Khalayak luas sebagai pengonsumsi info tentu memiliki perilaku ketika melangsungkan komunikasi, mereka mempunyai kebutuhan dan kepentingan yang layak dipenuhi bilamana sesuatu yang disampaikan oleh komunikator diharapkan memikat, memberi nilai tambah.

Seperti umumnya dalam jurnalistik, nilai suatu info atau pemberitaan (berita, features, opini, gagasan/ide, karya fiksi, nonfiksi) sudah lazim lebih mengutamakan aktualitas atau kebaruan, topik yang dikemukakan sedang menjadi isu atau sedang mewacana di mana-mana.

Nilai-nilai  lain yang tak kalah penting untuk dipenuhi agar sajian info bisa memikat khalayak di antaranya juga menyangkut eksklusivitas, tokoh-tokoh terkenal, human interest, punya keunikan, atau info mengenai sesuatu yang jarang/tidak biasa terjadi (unusual). Semua itu akan turut membangkitkan minat khalayak untuk mengonsumsinya.

Nah satu lagi, hal yang tidak elok ditinggalkan namun perlu dipertimbangkan dalam menyampaikan info kepada khalayak yaitu nilai proksimitas. Dimaksud proksimitas di sini adalah nilai kedekatan, baik kedekatan secara fisik atau geografis maupun kedekatan emosional.

Info-info yang memiliki nilai proksimitas seringkali laris manis, selalu memikat khalayak, seperti persoalan terkait kekeringan berikut dampak yang ditimbulkannya -- selalu mendapat perhatian. Terutama bagi yang bertempat tinggal di sekitar/lingkungan tersebut, atau paling tidak menggugah mereka yang terlibat karena sedang/pernah mengalami dan berupaya mengantisipasinya.

Demikian halnya peristiwa atau kejadian yang menyentuh emosi (perasaan) khalayak seperti 'cancel culture' yang belakangan ini mencuat ke permukaan lantaran sentuhan emosi publik telah menjadikan hal tersebut masih menarik digunjingkan.   

Banyak contoh serupa lainnya, terlebih mengingat bahwa aktivitas komunikasi massa selalu melibatkan manusia dengan beragam sikap maupun kepentingannya, sehingga sangat dimungkinkan telaah psikologis terhadap perilaku khalayak sebagai komunikan menjadi layak mendapat cermatan.

Dalam kondisi demikian, proksimitas info yang hendak disampaikan, jangan sampai dilupakan bilamana diharapkan 'laris manis' dikonsumsi banyak kalangan.

Di lingkungan internal kita sendiri sebenarnya sering ditemui, bahkan setiap saat admin Kompasiana selalu melemparkan pilihan topik, terutama untuk membantu kontributor artikel supaya jangan sampai 'kehabisan amunisi' untuk memroduksi karya tulisnya.

Setidaknya melalui agenda yang telah di-setting sedemikian rupa dan telah diperhitungkan bahwa topik-topik pilihan itu merupakan persoalan publik yang sedang/perlu dipikirkan, dibahas sehingga terbangun opini serta mengundang perspektif baru, bahkan sangat mungkin memberi input bagi pihak berkompeten untuk menyusunan strategi kebijakan lebih lanjut.

Nah, lagi-lagi betapa perlunya memerhatikan proksimitas info yang hendak disampaikan kepada publik agar menggugah atensi khalayak, menumbuhkan interaksi dan menghidupan suasana yang semakin dinamis.

Karenanya pula, topik-topik yang dikemas dalam bentuk apapun, termasuk ketika kita berkompasiana jangan sampai melalaikan sikap maupun perilaku khalayak yang semakin kritis dalam mencari, memilah dan memilih informasi guna memenuhi kebutuhan serta kepuasannya tersebut.

Kecuali bila topik-topik yang dipublikasikan di ruang publik media ini memang tidak menghendaki dikonsumsi banyak orang/khalayak, tak perlu berinteraksi sehingga nilai proksimitas tidaklah dianggap penting. Cukup dinikmati sendiri, selfie sendiri, atau tertawa/senang sendiri untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasannya sendiri pula.

Demikian sekilas berbagi di awal pekan ini, salam sehat (lahir & batin) semuanya, tetep selalu waspada karena pandemi belum berakhir.      

JM (13-9-2021).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun