Mohon tunggu...
Joko Martono
Joko Martono Mohon Tunggu... Penulis - penulis lepas

belajar memahami hidup dan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Masyarakat Wamena Bangkit untuk Melestarikan Budaya

17 Mei 2018   17:46 Diperbarui: 23 Mei 2018   00:29 1365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa strategi untuk menggapainya antara lain: peningkatan kapasitas, kompetensi, kualifikasi, kesejahteraan, dan perlindungan bagi pelaku budaya di tanah Papua, penguatan kemitraan dengan pihak akademisi, praktisi, pihak legislatif, dan pelaku budaya di Papua, penguatan kelembagaan satuan pendidikan layanan kebudayaan (sanggar budaya, situs, komunitas budaya, dan sejenisnya), serta sinkronisasi kebijakan pusat dan daerah dalam pengembangan kebudayaan di tanah Papua.

Pembicara lain yakni arkeolog Erlin N.Idje Djami, dalam makalahnya memaparkan lebih jauh tentang makna dan pelestarian budaya. Diawali dengan pemahaman budaya hingga implementasinya dalam kehidupan dan perlu dilestarikannya budaya lokal Hubula (suku yang dominan di Wamena, atau sering pula disebut suku Dani).

Dibahas Erlin secara mendalam dan lebih bersifat praksis mulai potensi budaya suku Hubula dan pemahaman tentang budaya tersebut, pelestarian dan pemanfaatannya.

"Sumberdaya budaya merupakan nilai identitas diri suku bangsa yang harus dirawat, dilindungi, dimanfaatkan keberadaannya sebagai dasar pijakan dalam membangun segala bidang yang berbasis nilai-nilai lokal. Rasa memiliki layak ditanamkan bagi seluruh kalangan, baik secara formal maupun non-formal, bahkan pembelajaran budaya bisa dilakukan sejak anak usia dini" jelasnya.

Pembicara/penyaji makalah  di sesi terakhir yaitu Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab.Wamena, Alpius Wetipo memaparkan panjang lebar tentang makna yang terkandung dalam perang suku Hubula-Balim, Papua.

Disampaikan dalam forum bahwa dalam suku Hubula,  perang ataupun perang suku tidak begitu saja terjadi, tetapi perang mempunyai sejarah. Seperti halnya perang suku Hubula adalah kejadian yang pernah terjadi, sehingga saat ini masih dikenang oleh anak cucu yang menyaksikan kejadian masa lalu. Dalam konteks suku Hubula, ada dua macam perang di antaranya: perang suku (itima wim/wein), dan perang saudara (uma/oma wim).

Perang suku, merupakan perang yang dilakukan antar suku, suku yang satu dengan yang lain. Berdasar sejarah masa lalu, perang suku masyarakat Hubula dilakukan berdasarkan simbol yang disakralkan di dalam Honai Adat yaitu Sue warek. Perang suku ini ada syarat-syaratnya yaitu memiliki honai adat untuk menyimpan alat bukti kemenangan, melakukan penyerangan, memiliki aturan, perencanaan dan punya strategi perang. Perang ini dilakukan secara turun temurun.

Sedangkan perang saudara, merupakan perang dilakukan antara klen suku secara spontan, misalnya saat itu ada perselingkuhan, pencurian ternak babi, masalah honai adat, dan sebagainya. Perang ini tidak memiliki honai adat untuk menyimpan alat bukti yang disebut sue warek. Dalam perang inipun akan selesai apabila ada korban, melakukan upacara perdamaian, bayar kepala secara adat dan tidak menyimpan dendaman.

Pembahasan soal perang ini dipaparkan dalam suasana penuh semangat, mengundang banyak atensi peserta manakala dikaitkan dengan aspek kepemimpinan, pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial-budaya sehingga banyak nilai budaya lokal yang bisa dipetik dan dipahami untuk membuka/menambah wawasan peserta seminar. 

Suasana seminar sangat dinamis, semua topik yang disampaikan pembicara mendapatkan respons berupa pertanyaan yang diajukan beberapa peserta dengan penuh apresiasi.

Sesi tanya-jawab  silih berganti sebetulnya masih menarik dilanjutkan -- namun mengingat keterbatasan waktu maka panitia akhirnya membatasi para penanya dan memberikan waktu kepada masing-masing pembicara/penyaji makalah untuk memberi jawaban hingga dipahami oleh setiap peserta yang bertanya. Seminar yang dimulai pukul 09.00 ditutup menjelang petang sekitar pukul 17.00 WIT, secara keseluruhan berjalan lancar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun