Mohon tunggu...
Jimmy S Harianto
Jimmy S Harianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

Redaktur Olahraga (1987-1993), Wakil Redaktur Opini dan Surat Pembaca (1993-1995), Redaktur Desk Hukum (1995-1996), Redaktur Desk Features dan Advertorial (1996-1998), Redaktur Desk Internasional (2000-2003), Wakil Redaktur Kompas Minggu (2003-2008), Redaktur Desk Internasional (2008-2012)

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Masih Harus Berebut Tiket Olimpiade Lawan Irak

30 April 2024   11:40 Diperbarui: 30 April 2024   12:15 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Duel udara antara pemain Uzbek Alibek Davronov dan Muhamad Ferari di depan gawang Ernando Ari sebelum terjadi gol di babak kedua semifinal AFF U23 di Stadion Abdullah bin Khalifa, Doha, Qatar Senin malam. (Foto: Asian Football Federation)

Kekalahan lawan Uzbekistan 0-2 di semifinal AFC U23 hari Senin (29.04.2024) malam seyogianya tidak menjadi antiklimaks semangat tim Garuda Muda, yang selama sepekan ini memikat jutaan hati penonton sepak bola Indonesia.

Kamis malam (02.05.2024) masih ada perebutan tiket Olimpiade 2024 Paris saat dilangsungkan pertandingan juara 3-4 AFF U23 melawan Irak, yang di semifinal ditundukkan Jepang 2-0.

Perebutan gelar juara 3-4 AFF U23 ini sungguh penting, lantaran siapa yang menang akan lolos meraih spot di Olimpiade 2024 Paris. Sedangkan yang kalah akan menempuh jalan panjang guna bisa lolos ke Olimpiade Paris. Yang kalah di semifinal AFF U23 harus berebut tiket Olimpiade Paris, dengan menjalani play off lawan juara Afrika, Guinea dalam beberapa pekan ke depan.

Sejak Olimpiade 1984 Los Angeles, Komite Olimpiade (IOC) memeutuskan mengizinkan pemain-pemain profesional bermain di pesta olahraga empat tahunan ini. Meski demikian, FIFA tidak mengingingkan gelarran Olimpiade menjadi pesaing event besar sepak bola World Cup.

Maka kompromi antara IOC dan FIFA pun terjadi. Negara-negara diluar federasi sepak bola UEFA (Eropa) dan Conmebol (Amerika selatan) diperbolehkan memainkan pemain-pemain terkuatnya (termasuk pemain profesional anggota FIFA di luar konfederasi tersebut) untuk ikut bermain di Olimpiade. Sementara bagi UEFA dan Conmebol hanya boleh mengikutkan pemain-pemain yang tidak ikut bermain di Piala Dunia.

Dalam perkembangannya, usia pemain untuk Olimpiade pun dibatasi hanya untuk pemain-pemain 23 tahun ke bawah sejak Olimpiade 1992 Barcelona. Boleh berusia 23 tahun lebih, akan tetapi dibatasi hanya untuk tiga orang saja per squad.


Dengan peraturan yang lebih longgar -- keikut sertaan pemain profesional sepak bola dan pemain 23 tahun lebih dibatasi tiga orang, maka sepak bola Olimpiade pun berlangsung kompetitif dan tahun 1996 serta 2000 misalnya, dijuarai tim yang berkelas dunia, Nigeria dan Kamerun.

Itu pula sebabnya, IOC pun memanfaatkan kejuaraan AFC U23 (yang terpenting di kawasannya) sekaligus juga untuk babak kualifikasi Olimpiade, bekerjasama dengan Federasi sepak bola dunia, FIFA.

Kalah statistik

Melawan Uzbekistan di semifinal AFF U23 Garuda Muda Indonesia memang terlihat sedikit kalah kelas, melawan tim yang pernah menjuarai AFF U23 pada tahun 2018. Di final, Uzbekistan akan berhadapan dengan Jepang yang mengalahkan Irak 2-0.

Garuda Muda nampak tertekan sejak peluit awal wasit China, Shen Yin Hao dibunyikan. Dan sepanjang 90 menit pertandingan, dari angka statistik pun terlihat betapa pemain-pemain Uzbek lebih menguasai bola. Uzbek 51,6 persen dalam ball possession, sementara Rizky Ridho dan kawan-kawan hanya 38,4 persen.

Sampai 45 menit pertama, Garuda Muda yang dimotori permainannya oleh Nathan Tjoe-A-On dan Ivar Jenner, sementara di pertahanan Rizky Ridho, Justin Hubner masih bisa menahan gempuran bertubi-tubi pemain Uzbek. Dan salah satu pemain yang vital di pertahanan Uzbek adalah gelandang bertahan Abdurauf Buriev yang nyaris tanpa celah untuk ditembus Witan Sulaeman, Marcelino Ferdinan dan pemain-pemain depan Indonesia.

Absennya striker Rafael Struick yang terkena akumulasi dua kartu kuning dalam dua pertandingan kali ini, sungguh terasa. Garuda Muda terasa kurang mengigit serangannya. Dan memang kelemahan ini sebenarnya sudah terasa di perempat final, ketika Indonesia menundukkan Korea. Korea dengan sepuluh pemain menjelang akhir-akhir babak kedua, malah mampu mencetak gol dengan permainan cepat, dan membuat pertahanan Indonesia kedodoran.

Kekurangan materi pemain striker ini juga dirasakan pasukan Shin Tae-Yong ketika melawan Uzbekistan. Begitu tanpa pemain ADO Den Haag, Rafael Struick, terlihat serangan Garuda Muda jadi tumpul. Apalagi melihat pertahanan lawan, Uzbekistan, begitu solid dan serangannya begitu gencar.

Dalam hal statistik akurasi umpan pun, Indonesia masih cukup terpaut kalah. Uzbekistan akurasi umpannya 83,3 persen, sementara Garuda Muda hanya 71,1 persen. Dalam hal 'duel di udara' pun kalah. Uzbekistan memenangi 65 persen pertarungan udara, sementara Garuda Muda hanya 35 persen. Persentase duel sukses pun Uzbek lebih unggul, 59,5 persen sementara Indonesia hanya 40,5 persen.

Jumlah tendangan sudut, juga menunjukkan kerasnya tekanan ke pertahanan lawan. Uzbekistan tercatat 10 kali melakukan tendangan sudut di gawang Ernando Ari. Dibandingkan dengan tendangan sudut Garuda Muda yang hanya dua kali.

Mental break down

Memang tidak ekstrem mental break down beneran. Akan tetapi ketika wasit China, Shen Yin Hao menganulir gol Muhammad Ferrari di menit 61 -- setelah berkomunikasi dengan wasit VAR (Video Assistant Referee) dari Thailand, situasi itu merupakan titik balik semangat tim Garuda Muda.

Tak berapa lama kemudian, Uzbekistan pun membobol gawang Ernando Ari di menit 68 lewat kaki Husain Norchaev. Ditambah lagi, menit 84 ketika kapten tim Rizky Ridho diganjar kartu merah setelah berbenturan kaki dengan pemain Uzbek. Sama-sama mengayunkan kaki ke arah bola, akan tetapi kaki Ridho setelah membentur daerah lutut, trus membelok ke arah daerah berbahaya pemain Uzbek tersebut. Dari tayangan ulang wasit VAR, Rizky Ridho pun harus meninggalkan lapangan. Pelatih asal Korea, Shin Tae-Yong juga terkena kartu kuning.

Dengan hanya sepuluh pemain di 16 menit terakhir, Indonesia makih tidak fokus lagi untuk melakukan penyerangan, lantaran Uzbek semakin meningkatkan serangan dengan mengganti pemain-pemain segar di lapangan.

Di final, Uzbek yang memastikan diri lolos ke Olimpiade 2024 Paris untuk pertama kalinya dalam sejarah, akan menghadapi Jepang di final AFF u23 kali ini. Jika Uzbek berhasil mengalahkan Jepang, masa Uzbek akan menjadi tim Asia pertama yang dua kali menjuara AFF U23 setelah tahun 2018 silam. *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun