Mohon tunggu...
Jimmy S Harianto
Jimmy S Harianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

Redaktur Olahraga (1987-1993), Wakil Redaktur Opini dan Surat Pembaca (1993-1995), Redaktur Desk Hukum (1995-1996), Redaktur Desk Features dan Advertorial (1996-1998), Redaktur Desk Internasional (2000-2003), Wakil Redaktur Kompas Minggu (2003-2008), Redaktur Desk Internasional (2008-2012)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Potret Emosional dalam Karya-karya Kartono Ryadi

2 Juli 2020   16:29 Diperbarui: 7 Juli 2020   02:37 1754
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diolah Penulis | Sumber foto: dok. Karono Ryadi

Sebelum ada teknologi foto melalui drone? Kartono Ryadi biasa memanjat pagar, memanjat gedung, atau menyandarkan skuter Vespa-nya, dan berdiri di atas sadel untuk memotret obyek di balik tembok pabrik, misalnya.

Sebelum ada teknologi internet? Pakai cara siluman, mengirimkan rol filem hasil potretannya melalui Bandar udara, mencegat penumpang yang mau berangkat ke Jakarta untuk dititipi filem. Ini terjadi misalnya, di pesta olahraga SEA Games Bangkok 1983, 1985, Asian Games 1986, Olimpiade 1992 dan berbagai event Piala Dunia Sepak Bola (World Cup) seperti Piala Dunia 1994 Amerika Serikat.

Saya kebetulan sering menjemput rol filem Kartono Ryadi di arena olahraga. Entah itu di ring tinju SEA Games Singapura, arena atletik SEA Games Bangkok, arena bulu tangkis Olimpiade Barcelona untuk kemudian saya larikan ke bandara. Mencegat penumpang yang mau dititipi rol filem (ini tidak mudah, orang cenderung nggak mau dititipi barang, takut dititipi narkoba), itu perlu trik tersendiri. 

Dan di Bandara tujuan, entah Halim Perdana Kusuma maupun di Cengkareng, si penumpang yang membawa rol filem sudah dijemput mobil dinas kantor Redaksi Kompas, dan si penumpang yang baik hati itu diantarkan sampai ke rumah. 

Ini trik Kompas, untuk mengakali cepat kirim foto ke Tanah air, sehingga pembaca Kompas sering bertanya-tanya, bagaimana Kompas bisa memuat foto olahraga secepat itu? Dan selengkap itu?

Langganan Overweight

Perlengkapan telephoto juga dimiliki Kompas. Dan Kartono Ryadi paling sering "kebagian" overweight bagasinya, karena perlengkapan fotonya tersebut berat-berat luar biasa. 

Dari lensa 1000 mm yang panjangnya sepaha, sampai perlengkapan telephoto yang koper khususnya beratnya setengah mati. Kartono perlu menyediakan khusus stroller pembawa bagasi untuk menggeret perlengkapan telephoto nya, dari bandara ke hotel tempat kami menginap.

Bisa dibayangkan, jika untuk mengirim satu frame foto via telephoto, perlu setidaknya setengah jam, sampai sejam kalau terganggu error sinyalnya. Diulang dari awal lagi bila error. Belum kudu mencuci filem dulu, dengan "kantung gelap" di tangan, sebagai ganti kamar gelap. Bagaimana bisa mengejar deadline kalau kudu mengirim semuanya via telephoto?

Tidak hanya langganan overweight bagasi pesawatnya, yang seharga seribuan dollar lebih. Kartono sangat sering, mendapat tagihan pulsa telpon hotel membengkak, lantaran peralatan telephoto memerlukan waktu jam-jaman untuk pengiriman foto-foto utamanya ke Redaksi Kompas di Jakarta.

Di arena olahraga multi event di berbagai belahan dunia, seperti SEA Games, Asian Games, Olimpade, atau Piala Dunia Sepak Bola kami tim Kompas biasanya dulu berangkat bertiga, berlima bahkan berdelapan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun