Mohon tunggu...
Andri S. Sarosa
Andri S. Sarosa Mohon Tunggu... Insinyur - Instruktur, Trainer, Konsultan Sistem Manajemen + Bapak yang bangga punya 5 Anak + 1 Istri

Insinyur lulusan Usakti

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Edukasi Masyarakat Demi BPJS

3 September 2019   14:59 Diperbarui: 3 September 2019   15:21 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1 ring jantung bisa dihargai kisaran Rp. 80 juta. Jadi jika 5 ring jantung maka = RP. 400 juta. Ini belum biaya operasi, perawatan, Dokter, Rumah Sakit, obat-obatan, konsul bulanan selama 2 tahun sampai saat ini dan lainnya.
Bisa jadi jika ditotal bakal menyentuh angka milyaran rupiah. Dan... semua itu ditanggung oleh BPJS dengan gue hanya bayar Rp. 80.000/bulan.

Boros kan gue?

**
Bagaimana strategi Pemerintah mengurangi defisit selain menaikan iuran wajib?

Diluar membenahi internal BPJS itu sendiri Pemerintah perlu mengedukasi dan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap keberadaan BPJS.

Sebagai pelanggan setia BPJS, gue melihat BPJS memang sangat diperlukan oleh masyarakat Indonesia terutama para manula. Karena setiap berobat menggunakan BPJS, mayoritas pasien adalah orang-orang tua dengan penyakit yang serius memenuhi antrian BPJS.

Melihat kondisi ini artinya tingkat kesehatan masyarakat Indonesia memang belum baik sehingga mereka perlu berobat, baik ke Puskesmas ataupun ke Rumah Sakit. Mestinya ini yang jadi prioritas Pemerintah untuk membangkitkan kesadaran masyarakat bagaimana untuk hidup sehat terutama dimasa tua kelak, dari mulai gaya hidup, makanan dan lain-lain.

Kalau mau belajar sama orang Jepang. Kebanyakan orang Jepang menikmati masa tuanya dengan berwisata ke berbagai negara di dunia. Kenapa orang-orang tua Jepang tersebut bisa berkelana? Karena mereka sehat!

Lalu selain itu apa lagi?
Kita paham sebagian orang Indonesia penganut filosofi "ngga mau rugi". Masa setiap bulan sudah bayar iuran BPJS tapi ngga pernah menikmati manfaatnya? Contoh nih..

Twitter Pribadi
Twitter Pribadi
Orang-orang seperti ini akhirnya malah menuh-menuhin antrian BPJS di Puskesmas ataupun di Rumah Sakit. Mereka datang berobat untuk menikmati gratisnya saja walaupun hanya menderita pusing sedikit yang bisa disembuhkan dengan obat warung. Bahkan ada oknum masyarakat yang berobat menggunakan BPJS hanya untuk mendapatkan Surat Keterangan Sakit dari Dokter untuk keperluan bolos kantor.

Ketika Puskesmas, Klinik atau Rumah Sakit mengambil tindakan tegas dengan tidak melayani mereka, mereka akan teriak sekeras-kerasnya di media sosial untuk menarik simpati.

BPJS pun sudah mengambil tindakan antisipasi untuk menanggulangi "kecurangan" pasien, misalnya pasien menggunakan kartu BPJS orang lain, dengan cara scan sidik jari. RS Prikasih Pondok Labu telah menerapkan metode ini untuk pasien penyakit yang "mahal", seperti pasien jantung kayak gue ini.

Orang-orang seperti ini juga bisa menyebabkan pemborosan karena setiap pemeriksaan pasien, BPJS kan harus mengeluarkan biaya ini itu. Tugas Pemerintah jugalah yang harus mengedukasi mental oknum-oknum ini agar mau meninggalkan filosofi "ngga mau rugi" tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun