"Terima kasih ya, pak, untuk obrolan yang asyik tadi", jawabnya sambil tersenyum ketika saya turun dari mobilnya. Sorot matanya lebih berbinar di banding saat pertama kami bertemu sejam yang lalu.
###
Suatu malam, pengemudi taksi online yang mengantar saya adalah mantan pegawai operasional salah satu oil service company.
"Anak tertua saya baru saja lulus dari Unpad dan sekarang sudah bekerja di salah satu perusahaan farmasi di Bogor. Adiknya masih kuliah di UI."
"Ibu kerja pak?", tanya saya lebih lanjut.
"Dia mantan pramugari dan sekarang berdagang online dari rumah. Jualan parfum dan kosmetik yang barang-barangnya diperoleh dari teman-temannya yang masih aktif terbang, pak", katanya.
Supir taksi online yang satu ini memang terlihat cukup parlente dengan tutur bahasa yang terjaga.
"Masih pada demo soal Peraturan Menteri Perhubungan terkait angkutan online yang pemberlakuannya kemarin ditunda, pak?", tanya saya lebih lanjut.
"Kalau saya pribadi, keberatan dengan penempelan stiker dan plat kecil yang menandakan kendaraan sudah lulus uji KIR itu pak. Juga tentang pembatasan wilayah operasi dan keharusan terdaftar di koperasi. Apa pemerintah mau menyediakan asuransi terhadap kendaraan dan nyawa kami jika terjadi apa-apa di lapangan?"
"Saat ini saja, saya tak berani mengambil penumpang di Cikarang. Bisa runyam dikeroyok supir angkot di sana", jelasnya lebih lanjut.
"Koperasi itupun untuk apa ya? Kan cuma menambah beban biaya kami yang tak perlu? Istri saya saja sekarang bisa berdagang kosmetik wanita tanpa repot buka toko dan tetek bengek administrasi perizinan."