+++
Pencalonan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta kali ini — untuk masa bakti 2017 hingga 2022 — rupanya membuka jalan bagi terkuaknya kedua borok besar ‘diskriminasi terselubung’ bangsa yang memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika ini. Pertama, soal turunan Tionghoa. Kedua, soal non Muslim.
+++
Kita harus mengakhirinya sekarang.
Mari teruskan apa yang sudah dimulai oleh almarhum Presiden Gus Dur sebelumnya. Enyahkan fikiran, julukan, label, tudingan, pengelompokan pada warga negara yang kebetulan turunan Tionghoa. Pandang, perlakukan dan terimalah mereka seperti saudara-saudara kita lainnya yang berasal dari Tapanuli, Padang, Sunda, Jawa, Madura, Dayak, Papua, Ambon, Makassar, Aceh, dan seterusnya. Semua adalah Warga Negara Indonesia yang memiliki hak dan kedudukan yang sama. Titik.
Kita juga harus menyingkirkan perbedaan agama dan keyakinan dalam bermasyarakat. Islam, Kristen, Protestan, Hindu, Budha, Aliran Kepercayaan, sama-sama memiliki hak dan kewajiban untuk hidup berdampingan dan saling menghormati. Tak ada yang lebih istimewa meski jumlahnya paling banyak seperti Islam. Sebagai mayoritas mereka justru harus mengayomi, bukan mengenyahkan atau menindas. Titik.
Kalau tak ada perbedaan dalam hidup ini, kalau aku dan kau tak berbeda, maka sungguh tak asyik dan sangat membosankan.
Jilal Mardhani, 18 April 2017