"Sudah diberikan suratnya?"
"Sudah nin."
"Kamu ketemu dengan dia?" Mata Nini tampak sedikit berbinar.
"Sayangnya engga nin, aku cuma ketemu cucunya. Dia baik. Katanya pak Agung juga sedang berada di rumah sakit dan tiap malam dia akan menemani pak Agung di rumah sakit. Jadi mungkin malam ini suratnya dikasih ke pak Agung."
Nini tersenyum lemah. Namun dari sorot matanya aku tau, Nini merasa lega.
"Non."
"Iya, nin?"
"Ungkapkan segala perasaan. Jangan dipendam ya. Jangan seperti Nini."
Aku tersenyum mendengar ucapan tersebut dari Nini. Bahkan di ujung usianya, Nini masih memberikan aku pelajaran hidup. Aku menatap Nini dengan berlinang air mata. Seluruh emosi yang aku rasakan hari ini tidak lagi mampu aku tahan. Aku takut, ini akan menjadi terakhir kalinya aku akan mengatakan perasaan sayang kepada Nini.
"Aku sayang Nini. Sayang banget."