Mohon tunggu...
Jhon Rivel Purba
Jhon Rivel Purba Mohon Tunggu... ASN Peneliti di BRIN

Hidup sederhana dan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Bersama Sepeda, Saya Menemukan Jodoh

21 Juli 2025   12:35 Diperbarui: 23 Juli 2025   10:00 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis naik sepeda di depan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2007)

Sepeda Pertama

Beberapa tahun kemudian, ketika saya dan adik saya duduk di bangku perkuliahan dan tinggal di kos-kosan, kami membeli sebuah sepeda bekas dari temannya. Meskipun bekas pakai, tapi sepeda tersebut memiliki kualitas yang sangat baik.

Ada perasaan bahagia ketika sepeda itu muncul dan menemani perjalanan saya. Harapan untuk memiliki sepeda yang diinginkan ketika duduk di bangku SD, akhirnya terwujud di saat duduk di bangku perkuliahan.

Terasa aneh memang, di saat teman-teman seusia saya di kampus menginginkan atau memiliki sepeda motor dan bahkan mobil, saya malahan sudah bahagia memiliki sepeda. Meskipun milik berdua, sepeda itu seakan-akan milik saya pribadi. Sebab, saya yang lebih sering mengayuh sepeda tersebut.

Hampir setiap hari saya menggunakan sepeda berwarna biru itu untuk keperluan olah raga, transportasi ke kampus, tempat les, berbelanja kebutuhan dapur, dan menemui teman-teman. Sepeda tersebut sudah bagaikan sahabat bahkan pacar yang menemani perjalanan kehidupan saya sebagai mahasiswa waktu itu.

Sejak 2006 hingga 2009, saya sering menggunakan sepeda ke kampus. Rasanya sudah menjadi bagian hidup yang tidak bisa dipisahkan. Pada saat itu, sangat jarang civitas akademik yang menggunakan transportasi sederhana ini ke kampus.

Tidak ada parkir khusus untuk sepeda di kampus. Biasanya saya memarkirkan sepeda di tempat parkiran motor. Untuk menjaga kemanan sepeda, saya menggemboknya pada tiang-tiang bangunan parkiran motor. Biasanya tidak ada sepeda lain selain sepeda biru itu di sana.

Kebiasaan bersepeda membuat dua teman dekat saya di jurusan yang sama, akhirnya membeli sepeda juga. Kami bertiga pun sering bertemu dengan membawa sepeda masing-masing. Kami bertiga pun dijuluki oleh teman-teman dengan sebutan “Trio Kwek-kwek”.

"Trio Kwek-kwek" di Medan (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2010)

Berhubung semua anggota “Trio Kwek-kwek” masih lajang, maka seringkali berkumpul bersama. Main bola, makan dan minum, diskusi, dan bernyanyi adalah kegiatan yang rutin dilakukan. Semua hal didiskusikan, dari masalah bangsa hingga terkait perempuan-perempuan cantik yang dikenal.

Lucunya ketika malam minggu, ketiganya pernah mengayuh sepeda untuk menemui seorang perempuan. Tentunya perempuan tersebut bingung, terlihat dari raut wajahnya yang keheranan. Semua anggota “Trio kwek-kwek” mengatakan bahwa maksud kedatangan hanya mencari teh manis. Suasana pun menjadi cair.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun