Mohon tunggu...
Jhon Sitorus
Jhon Sitorus Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pengamat Politik, Sepakbola, Kesehatan dan Ekonomi

Indonesia Maju

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Mengapa Pemain Sepak Bola Doyan Menghindari Pajak?

21 Juni 2017   08:05 Diperbarui: 22 Juni 2017   11:25 4285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lionel Messi (kanan) dan ayahnya sedang diadili di pengadilan pajak Spanyol terkait penggelapan pajak. sumber : goal.com

Sepak bola era modern bukan hanya sekadar olahraga. Sepak bola sudah menyangkut segala sendi kehidupan. Sepak bola juga berkaitan erat dengan masalah keuangan, sosial, olahraga, hiburan, lifestyle, publisitas, pluralisme, fair play, dan lain-lain. Pesepakbola profesional biasanya berkaitan erat dengan jumlah kontrak jangka panjang maupun jangka pendek, gaji yang fantastis jika dibandingkan dengan pegawai seumuran mereka, hingga fasilitas nan mewah yang diberikan oleh klub yang menggunakan jasanya selama kontrak berlaku.

Lionel Messi misalnya dengan kontrak terbarunya, gajinya mencapai Rp 446 Miliar setahun dari klub yang dibelanya, FC Barcelona. Rekan setimnya, Neymar mendapat gaji Rp 359 Miliar setahun. Superstar Real Madrid, Cristiano Ronaldo menerima gaji Rp 259 Miliar setahun dari Real Madrid dimana gaji tersebut sudah tidak termasuk lagi dengan pajak karena pajaknya sudah ditanggung oleh klub. Pendapatan mereka tak hanya berasal dari sekadar gaji saja. Pendapatan mereka masih ada berasal dari pendapatan komersial, bonus, dan pekerjaan lainnya yang sangat bonafit. Bahkan, pendapatan di luar aktivitasnya sebagai olahragawan lebih besar dari gajinya sebagai pesepakbola. Tak heran jika Ronaldo dan Messi mampu menerima pendapatan di atas Rp 1 Triliun hanya dalam kurun waktu 1 tahun saja.

Gelimang harta yang begitu besar dan terkadang jauh diluar nalar ini membuat banyak pihak melupakan (sengaja atau tidak sengaja) kewajibannya sebagai warga negara yang baik atau orang yang taat hukum kepada negara yang ditinggalinya. Salah satunya adalah masalah pajak.

Baru-baru ini Cristiano Ronaldo didera oleh dugaan penggelapan pajak senilai 14,7 juta Euro atau Rp 217 miliar. Jika dihitung pajaknya saja sudah Rp 217 Miliar, bagaimana jumlah pendapatan kotor seorang Ronaldo? Sudah jelas diatas Rp 1,5 Triliun. Bandan pajak Spanyol melalui kejaksaannya menduga bahwa Ronaldo terkait dengan pemasukan hak citranya (image rights) yang diperkirakan mulai dari tahun 2011 hingga 2014.

Dokumen terkait potensi penggelapan pajak oleh Ronaldo bocor pada Desember tahun lalu dimana Ronaldo terindikasi berupaya menghindari pembayaran pajak dari pendapatan tersebut. Dana yang diperoleh Ronaldo dari hak citra tersebut disimpan dan dicuci di luar negeri. Mirip dengan kasus panama papers pada tahun lalu di mana banyak para pengusaha yang tertangkan melakukan pendirian perusahaan fiktif diluar negeri untuk mengindari biaya pajak yang amat besar jika dibandingkan dengan aset mereka.

Tak hanya Ronaldo, pelatih Manchester United, Jose Mourinho juga disinyalir tidak membayar pajak sebesar 3 juta Euro saat melatih Real Madrid pada saat melatih Real Madrid tahun 2010-2013.

Beberapa waktu sebelum tudingan diberikan kepada Ronaldo dan Mourinho, ada nama Neymar dan Messi yang sudah divonis bersalah atas penggelapan pajak. Kasusnya hampir sama dengan Ronaldo. Lionel Messi dan ayahnya Jorge Messi didakwa hukuman penjara 21 bulan karena terbukti melakukan penggelapan pajak senilai 4,1 Juta Euro dari hak citranya yang dikendalikan oleh salah satu perusahaan yang bermarkas di Belize dan Uruguay.

Cover Mundo Deportivo yang membuat Ronaldo sebagai covernya dengan tulisan CR 14,7 sebagai sindiran terhadap dugaan penggelapan pajak di Spanyol. Sumber : detik.com
Cover Mundo Deportivo yang membuat Ronaldo sebagai covernya dengan tulisan CR 14,7 sebagai sindiran terhadap dugaan penggelapan pajak di Spanyol. Sumber : detik.com
Neymar juga dituntut hukuman 2 tahun penjara dan denda 10 juta Euro dengan tuduhan penggelapan pajak pada saat proses transfernya dari Santos ke Barcelona pada tahun 2013. Biaya Transfer sebesar 57,3 Juta Euro hanyalah puncak es yang terlihat saja. Disinyalir, nilai transfer Neymar yang sebenarnya adalah senilai 69,5 Juta Euro. Nilai transfer yang tidak jujur inilah yang menjadi permasalahan di pengadilan Spanyol karena Neymar berserta penerima transfer Juta Euro berarti hanya membayar pajak bagian dari 57,3 Juta Euro, bukan nilai transfer asli sebesar 69,5 Juta Euro.

Sebelumnya, nilai transfer 57,3 Juta Euro itu dibayarkan sebanyak 40 Juta Euro ke keluarga Neymar, dan selebihnya diserahkan kepada DIS yang selanjutnya akan dibagikan kepada Santos, perusahaan Brasil yang memiliki hak 40% hak-hak Neymar ketika masih membela Santos. Dengan demikian, DIS hanya mendapat 2,8 Juta Euro dari sisa 17,3 Juta setelah dikurangi dengan nilai kepemikian keluarga Neymar. Nah, inilah yang menjadi awal masalah. DIS mengeluhkan jika hak mereka atas transfer tersebut tidak mendapat potongan maksimal karena nilai sebenarnya dari kesepakatan tersebut tidak diungkapkan secara jelas oleh keluarga Neymar, termasuk para petinggi klub Barcelona.

Rekan setim Messi dan Neymar, Javier Mascherano juga didera oleh kasus penggelapan pajak. Si kepala plontos tersebut didakwa menyembunyikan penerimaan royalti foto dengan mengalihkan pendapatan tersebut ke perusahaan yang didirikan di Amerika Serikat. Macherano didakwa telah menunggak pajak sebesar 967 ribu Euro hasil dari tunggakan dirinya sejak tahun 2010 hingga 2012.

Pada era 1997 hingga 1999, Luis Figo juga terjerat kasus yang sama. Figo diharuskan membayar uang senilai 2,5 Juta Euro untuk mengganti pajak yang belum ia bayar karena tidak membayar pajak dengan benar. Demikian juga Samuel Eto'o yang mengalami masalah pajak dari kurun waktu 2006 hingga 2009 dimana Eto'o membayar denda sebesar 3,5 Juta Euro akibat lalai membayar pajak.

Di Italia, ada Paolo Maldini juga yang pernah dijerat oleh kasus yang sama. Ia bersama istrinya dan 42 orang lainnya pernah diadili karena menggunakan sistem pajak negara secara ilegal untuk meringankan beban pajak yang harus dibayar melalui bisnis real estate. Mantan rekan setimnya, Clerence Seedorf juga pernah didakwa membayar 2.500 Euro atas tunggakan pajak sebanyak 10 kali atas kelalaiannya dari pajak restoran yang dimilikinya.

Sang Legenda Hidup yang bejuluk "Tangan Tuhan" Diego Maradona bahkan pernah digemplang oleh kasus pajak. Maradona didakwa menggelapkan pajak sebesar 37 Juta Euro saat ia membela Napoli. Kasus ini baru terungkap atas investigasi tahun 2005, jauh setelah dirinya pensiun dari sepak bola.

Masih banyak pesepakbola yang dituding menggelapkan pajak dari pendapatan dan penghasilannya saat tinggal dinegara yang ditempati. Tak ketinggalan ada nama Xabi Alonso, Ricardo Carvalho, Angel Di Maria, Fabio Coentrao, Radamel Falcao, Adriano Coreia, hingga Daniel Alves pun yang terkenal kalem dikaitkan dengan kasus penggelapan pajak oleh pengadilan di negara yang ditempati masing-masing.

Tax Rate yang Sangat Tinggi dan Usaha Untuk Menghindarinya
Pajak adalah pungutan diberikan kepada wajib pajak kepada pemerintah yang akan digunakan untuk kepentingan rakyat dan umum. Setiap negara memiliki aturan dan jumlah pajak yang berbeda-beda yang diatur menurut undang-undang perpajakan masing-masing negara. Semakin tinggi pendapatan atau penghasilan, maka semakin besar pajak yang dibayarkan, demikian sebaliknya.

Penghasilan bernilai ratusan miliar bagi para pesepakbola top Eropa terkadang menjadi pedang bermata dua. Satu sisi senang dengan bertambahnya pundi-pundi kekayaannya, satu sisi lagi was-was dan harus rela memberikan sebagian besar pendapatannya untuk pajak. Perlu diketahui, di lima kompetisi teratas Eropa, Inggris, Spanyol, Italia, Prancis, dan Jerman, tarif pajak yang dikenakan sangat tinggi. Saking tingginya seorang pemain bisa saya membayar puluhan miliar hanya untuk mengurusi pajak.

Sebagai hitungan untuk pajak terhadap kriteria pendapatan tertinggi, di Perancis misalnya, tarif pajak (tax rate) yang dikenakan sebesar 75% dari penghasilan di atas 1.280.000 Euro. Di Jerman, tarif pajak dikenakan sebesar 45 % untuk penghasilan di atas 250.730 Euro. Di Italia, tarif pajak dikenakan sebesar 43% untuk penghasilan di atas 75.000 Euro. Di Matado Spanyol, tarif pajak dikenakan sebesar 52% untuk penghasilan di atas 300.000 Euro. Di Inggris, tarif pajak yang dikenakan sebesar 45% untuk penghasilan di atas 150.000 Euro.

Angka pajak diatas hanyalah gambaran umum untuk pajak penghasilan dari masing-masing negara. Angka riil yang dibayarkan bisa saja lebih besar karena wilayah otonomi yang ditempati oleh pesepakbola bisa saja menambah bayaran pajaknya sesuai dengan ketentuan otonomi pajak daerah masing-masing. Di Spanyol, ada 12 daerah otonomi yang memiliki kebijakan tersendiri soal kriteria wajib pajak dan besaran pajak yang dibayarkan.

Bagi negara yang bersangkutan, penerimaan pajak tersebut diperoleh hanya dari gaji seorang pesepakbola saja, belum termasuk pajak dari pendapatan resmi seperti pajak fee kontrak baru, pajak transfer fee, pajak bonus pertandingan dan juara, pajak royalti, pajak saat membela negara, pajak pemusnahan kontrak, pajak perpanjangan kontrak, pajak komersial, pajak usaha pribadi, dan lain-lain.

Tak heran jika banyak pesepakbola yang menggelapkan bayaran pajaknya kepada negara yang bersangkutan karena nilai yang dibayarkan bisa bernilai jutaan dalam mata uang Euro. Jika misalnya seorang Neymar yang mendapat gaji dari Barcelona sebesar 25 juta Euro atau Rp 359 miliar. Dikalikan dengan jumlah pajak 52% , maka Neymar harus membayar pajak sebesar 13 Juta Euro atau sebesar Rp 186,68 miliar. Bayangkan jumlah pajak ratusan miliar hanya untuk seorang Neymar saja, dan itu baru hanya dari pendapatan dari gaji regular saja. Berarti Neymar hanya menerima bersih sebesar 12 Juta Euro atau sebesar Rp 172, 32 miliar di mana bayaran untuk pajak lebih besar dari pendapatan resmi setelah pajak.

Jumlah yang sangat besar tersebut membuat banyak para pesepakbola melakukan segala cara untuk mengurangi besaran jumlah pajak yang dibayarkan kepada negara yang bersangkutan. Cara yang lazim yang digunakan adalah berusaha menyembunyikan nilai penghasilan selain dari sepakbola. Misalnya bagaimana Messi yang mendapatkan dana segar dari penjualan image rights dengan memasukkan arus kas ke perusahaan fiktif.

Dengan skema membentuk perusahaan non-residen, para pesepakbola bisa saja mengakui pendapatan image rights sebagai deviden perusahannya sehingga bisa mengindari pajak yang dibebankan. Perlu diketahui, aturan pajak tidak mengakui deviden dari perusahaan non-residen sebagai objek pajak. Meski Messi harus membayar pajak dari perusahaan non-residen tersebut, tetapi besaran pajaknya relatif kecil jika dibandingkan dengan pendapatan individunya. Wayney Rooney menggunakan konsep yang sama bisa menghemat pengeluaran atas pajaknya hingga 600 ribu poundsterling dari tahun 2010 hingga 2011.

Manuel Pellegrini bahkan melakukan cara yang ekstrim dengan mengalokasikan 20% pendapatannya kedalam image rights. Dengan adanya peraturan baru tentang perpajakan di pulau Guernsey, Pellegrini membangun perusahaan image rightsdiderah tersebut. Di Guernsey, objek pajak tidak berlaku bagi penduduk yang bukan penduduk asli Guernsey sehingga pajak korporasi benar-benar mencapai 0%. Dengan demikian, Pellegrini bisa menghemat lebih dari 50% pajak penghasilan regulernya.

Selain negara-negara yang mengenakan tax rate yang sangat tinggi tersebut, ada juga negara Eropa yang ramah pajak terhadap para pesepakbola salah satunya Turki yang hanya mengenakan tarif tertinggi sebesar 15%. Di Turki, tarif pajak untuk pesepakbola bahkan lebih rendah dari pekerja sekor publik lainnya yang mencapai 27%. Selain Turki, ada juga Bulgaria yang hanya mengenakan tarif pajak tertinggi sebesar 10% bagi pesepakbola begitu juga dengan Rusia yang hanya mengenakan tarif tertinggi sebesar 13% bagi para pesepakbola.

Pajak memang menjadi momok bagi siapapun tanpa memandang bulu. Semakin tinggi pendapatan, semakin tinggi pajak yang dibayarkan demikian sebaliknya. Tetapi, pajak adalah bagian dari tanggungjawab untuk membangun negeri yang kita tempati, kita harus tetap patuh terhadap negara yang kita tempati atau negara sendiri karena itu adalah wujud membangun secara tidak langsung. Pemerintah tentu sudah memperhitungkan matang-matang tentang tax rate yang akan dibebankan kepada individu, perusahaan, dan lain-lain seadil-adilnya.

Para pesepakbola di atas merupakan contoh yang tidak baik dalam hal pertanggungjawaban soal pajak dan itu hanyalah yang berhasil ditemukan atau diselidiki, belum dengan ribuan pesepakbola lain yang belum ditemukan aksi penggemplangan pajak dari pendapatannya. Usaha sadar pajak yang masih rendah bagi para pesohor sepak bola dunia bisa menjadi evaluasi bagi FIFA dan jajarannya agar menindak tegas pesepakbola dan organisasi yang bermain untuk menghindari pajak. Karena sepak bola bukan lagi sekadar sepak bola, melainkan udah menyangkut segala sendi kehidupan yang wajib dipertanggungjawabkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun