"Baiklah, maafkan aku," jawabku, merasa canggung.
   Ketika acara usai dan lapangan mulai sepi, Moonjo menawarkan tumpangan pulang. Tentu saja, aku menerima tawaran tersebut. Sepanjang perjalanan, kami berbincang-bincang, terutama mengenai momen-momen menarik tadi.
   Sesampainya di depan rumahku, ia tiba-tiba mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Sebuah gantungan kunci berbentuk bola basket. "Ini... simbol pertemanan kita," katanya, dengan senyum hangat.
   Aku menerima gantungan kunci itu, tanganku sedikit gemetar. Aku menatapnya, mataku terasa sedikit perih. "Terima kasih," hanya itu yang mampu kuucapkan.
   Malam itu, aku merenung. Ternyata, pertemanan tidak selalu berjalan mulus. Pasti ada kesalahpahaman, pasti ada kesalahan. Namun, yang terpenting adalah kesediaan untuk mengakui kesalahan dan saling memaafkan. Gantungan kunci dari Moonjo bukan sekadar hadiah, melainkan pengingat akan makna pertemanan yang sesungguhnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI