Mohon tunggu...
jessywijaya
jessywijaya Mohon Tunggu... Murid

Suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gantungan kunci cerita kita

8 Maret 2025   09:21 Diperbarui: 8 Maret 2025   09:21 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Gemuruh suara memenuhi GOR basket. Langkah kaki para pemain beradu dengan lantai lapangan, berpadu dengan sorakan para penonton yang memacu panas nya suasana. Hari ketiga tepatnya pertandingan semifinal bola basket, seluruh perhatian tertuju pada arena. Tiba-tiba, sebuah insiden terjadi. Moonjo Connia, dari tim bais terjatuh saat bermain dan terjatuh di dekat di kursi di sampingku.

     "Aduh!" keluhnya, wajahnya memucat. "Pergelangan tanganku sepertinya terkilir."

Tanpa ragu, aku segera bertindak. Untunglah, aku membawa kotak P3K yang telah di siapkan oleh panitia. "Mari saya periksad dahulu," ujarku, berusaha menenangkan.

Setelah aku bantu kompres, kondisi Moonjo sedikit membaik. 

     Ia beristirahat sejenak, melewatkan sisa pertandingan. Usai pertandingan, ia menghampiriku, mengucapkan terima kasih. Kami bertukar nomor telepon, dengan harapan dapat menjalin pertemanan.

     Tetapi sayangnya yang tim bais tidak berhasil lolos ke babak berikutnya dan tim wolves yang berhasil masuk ke dalam babak finalis. Pada keesokan harinya, aku mengajak moonjo untuk menonton pertandingan antara Wolves melawan Daci 2 karena aku merasa iba saat pertandingan sebelumnya 

     Ia pun menerima ajakanku. Siang itu, ia kembali ke GOR, kali ini sebagai penonton. Suasana final kali ini menjadi lebih meriah. Aku, sebagai panitia acara sedang sibuk memastikan acara berjalan lancar.

     Setelah pertandingan usai, diadakan pembagian hadiah dan perayaan kecil. Musik diputar, seluruh panitia larut dalam kegembiraan di tengah lapangan. Para pemain Daci 2 pun turut bergabung. Aku terlalu asik, hingga melupakan Moonjo.

Tiba-tiba, ia berdiri di sampingku, ekspresinya sedikit kecewa. "Ramai sekali ya, pestanya. Sayang sekali tim Wolves tidak ikut serta," ujarnya dengan nada halus.

      Aku merasa bersalah. "Ya ampun, Moonjo! Maafkan aku, aku terlalu terbawa suasana. Sungguh, aku tidak bermaksud mengabaikanmu," kataku, menyesal.

      "Tidak apa-apa," jawabnya, namun nadanya sudah lebih lembut. "Lain kali, jangan terlalu larut dalam kesenangan seorang diri. aku juga ingin ikut menikmati kebersamaan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun