Rumah sakit tempat Dira bekerja bukan rumah sakit besar, tapi sudah berdiri lebih dari tiga puluh tahun. Bangunannya tua, catnya mulai pudar, dan lorong-lorongnya sering memantulkan suara langkah kaki yang tak pernah jelas asalnya.
Sebagai perawat jaga malam, Dira sudah terbiasa dengan hal-hal aneh lampu yang berkedip, suara roda brankar yang bergeser sendiri, atau aroma obat yang tiba-tiba terasa lebih tajam.
Namun, ada satu hal yang semua perawat di sana sepakat untuk tidak disentuh: kamar 404.
Kamar itu sudah lama ditutup setelah seorang pasien ditemukan gantung diri di dalamnya lima tahun lalu. Sejak itu, tidak ada yang berani membuka pintu kamar itu lagi.
Tapi ada satu hal yang tidak pernah berhenti telepon kamar 404 masih sering berdering.
"Kalau kamu jaga malam, Dira," kata Rani, teman sejawatnya, "jangan pernah angkat panggilan dari nomor itu. Anggap aja gangguan sistem."
Dira hanya tertawa. Ia tidak percaya hal-hal seperti itu. Tapi malam itu, semua berubah.
Pukul 02.17 dini hari, saat suasana sunyi dan udara terasa lebih dingin dari biasanya, telepon di ruang perawat berdering.
Dira melirik layar.
Nomornya jelas: 404.
Ia menatap angka itu lama. Lalu menghela napas dan mengangkat gagangnya.