Mohon tunggu...
Jerri Irgo
Jerri Irgo Mohon Tunggu... Konsultan - Consultant, Tutor and Trainer working in Local-Regional Economic Development (L-RED) mainly on the perpetrators of SMEs ; Freelance Photographer ; Traveler ; Travel Writter

Consultant, Tutor and Trainer working in Local-Regional Economic Development (L-RED) mainly on the perpetrators of SMEs ; Freelance Photographer ; Traveler ; Travel Writter

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pesta Taburan Bintang Maha Maestro di Apui Alor NTT

18 Mei 2014   21:22 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:23 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fokker F50 pesawat penumpang sipil komersil kecil  bertenaga  turboprop milik TransNusa menjejakkan 6 rodanya di Bandara Mali kabupaten Alor Propinsi Nusa Tenggara Timur, semakin menambah kagum akan keindahan Pulau Alor, yang sebelumnya dapat dinikmati selama penerbangan dari Kupang ke Alor.

Suhu udara lokal, Rabu (07/05/14), mencapai 86 derajat Fahrenheit atau 30 derajat Celsius, membuat keringat langsung bercucuran tanpa kompromi, namun di bandara yang tergolong kelas IV/A dimana crew bandaranya tidak kalah gesit dengan bandara kelas diatasnya, apalagi senyum ramah khas Alornya, membuat langsung sejuk hati rasanya.

Ketersediaan transportasi umum dari Bandara Mali masih terbatas, sehingga para pelancong harus mencarter travel atau menggunakan jasa ojek tidak resmi, itu pun tidak mudah ditemui.

Tujuanku kali ini adalah Apui.  Apui bagian dari Desa Kelaisi Timur Kecamatan Alor Selatan Kabupaten Alor, berjarak 48,5 km dengan waktu 1 jam 30 menit dari Bandara Mali atau 47,8 km dengan waktu tempuh 1 jam 25 menit dari Kalabahi, Ibukota Kabupaten Alor Propinsi Nusa Tenggara Timur Indonesia.

Perjalanan menuju Apui, sangat bervariasi, karena Pulau Alor sendiri secara topografi sebagian besar memiliki kemiringan di atas 40 derajat mencapai 64,25%  dan Kemiringan 15–40 derajat mencapai 25,61%, namun Yoppie driver innova yang aku carter selain ramah, sangat mengedukasi tentang informasi Alor juga kooperatif, sehingga perjalanan yang berliku-liku tetap sangat menyenangkan. Perjalanan makin menyenangkan disaat kita dapat melihat langit biru dan juga tepian laut yang berwana senada, pemandangan yang jarang didapatkan di Ibukota Jakarta ataupun Bandung, ehmmm mantaaapss meen ...


Setiba di Apui langsung menemui Bapak Noh Mautakai, person in charge untuk tujuan ini, namun kalo untuk menginapnya di rumah Bapak Agustinus Kepala Sekolah SDN Apui Desa Kelaisi Timur Kecamatan Alor Selatan Kabupaten Alor, Propinsi Nusa Tenggara Timur.

Siang ke sore, pesona keindahannya semakin lengkap, di Apui tidak hanya karena kita dapat memandang langit birunya saja, namun di ketinggian 951 meter dari permukaan air laut (mdpl) ini, masyarakat lokalnya sangat ramah, sehingga tidak terasa cepatnya langit biru pun berganti temaramnya senja.

Perlahan, semula langit biru sepanjang mata memandang telah berubah menjadi gelap, dan satu persatu bintang mulai tampak, semakin tambah merambat malam, semakin banyak bintangnya, melihat bintang tanpa alat bantu, sungguh fantastis meen .... jarang sekali aku dapatkan di Jakarta.

Walo di daerah terpencil, namun malam ini menjadikan aku dan teman-teman baruku di Apui Alor NTT, seakan kami sedang berpesta dengan Taburan Bintang Maha Maestro. Sungguh meen ... taburan bintang di langit, yang aku ga tau berapa persis jumlahnya, seakan menjadi kanvas yang maha luas dengan berlukiskan seuluruh keindahan angkasa raya milik sang Maha Maestro, Pencipta segala isi alam semesta ini.

“Bapa .. coba dengar lagu ini” ujar Alfred tiba-tiba. Dia adalah temen Apui yang mendampingiku.

Sebuah lirik setelah instrumen pembuka “Bintang malam katakan padanya, Aku ingin melukis sinarmu di hatinya...,” hahaha .. haaaiii aku sangat kenal dengan lirik lagu itu, itu mah Lirik Lagu Rindu Kerispatih thooo, terima kasih Afred ... kataku seakan ga percaya, dia dapat membaca pikiranku...hahahaha

Ehmm, jadi inget Aisiyah dech, yang kesulitan mendapatkan walo untuk satu bintang pun di angkasa Jakarta, sekalipun telah menggunakan teropong bintangnya.

Sembari terus memandang ke langit dengan iringan lagu dari handphone-nya Alfred ..  aku baca ulang MemoPad-nya Aisiyah “Bintang akan tetap muncul dan akan bersinar di langit, apapun namanya” ... hahahaha ... iyaaa yaaa ..  Aisyah, kamu harus tetap semangat meeen ...!!

Suara vokalisnya kerispatih yang khas terus melanjutkan lirik lagunya ... “Embun pagi katakan padanya, Biar ku dekap erat waktu dingin membelenggunya, Tahukah engkau wahai langit, Aku ingin bertemu membelai wajahnya, Kan ku pasang hiasan angkasa yang terindah, Hanya untuk dirinya, Lagu rindu ini kuciptakan, Hanya untuk bidadari hatiku tercinta, Walau hanya nada sederhana, Ijinkan ku ungkap segenap rasa dan kerinduan”

Ga kerasa, malam pun terus merambat,  makin larut dan embun pun mulai turun .. “haaiii,  sudah waktunya kita kembali untuk beristirahat thooo” ujar Alfred ..  “baeklaaa ..” jawabku masih males-malesan bergerak, namun mulai berberes untuk kembali ke rumah.

Nite Apui .. Nite Alor ..

Terima kasih ya Allah SWT, Maha Maestro untuk semua ini ... Amiiinnn.
>> Jerri Irgo -  Freelance Photographer ; Traveler ; Travel Writter

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun