Mohon tunggu...
YEREMIAS JENA
YEREMIAS JENA Mohon Tunggu... Dosen - ut est scribere

Akademisi dan penulis. Dosen purna waktu di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Makna Bantal dalam Kehidupan Manusia

1 Juli 2019   10:17 Diperbarui: 3 Juli 2019   07:54 894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Shutterstock

Dari awal kita juga mengerti bahwa tidur yang nyaman meningkatkan kualitas hidup manusia, antara lain meningkatkan kapasitas kognitif, selain pada binatang juga dapat menghindarkan mereka dari ancaman predator.

Itu artinya secara fungsional, bantal itu menciptakan kenyamanan. Dalam arti itu, kita mengerti mengapa ada sebagian kita yang tidak bisa tidur ketika harus berganti bantal (misalnya tidur di kamar orang lain atau di hotel yang berbeda bantal).

Dari sejarah, kita juga belajar bahwa sudah lama bantal menjadi simbol sosial. Kita memang memiliki akses yang terbatas ke dalam kamar tidur seseorang. Tetapi ketika bertamu ke rumah orang dan menemukan bantal sebagai hiasan di kamar tamu, kita dapat memahami tingkat sosial pemilik rumah.

Kesan atau pemahaman itu tidak hanya kita tangkap dari mahalnya sarung bantal, tetapi juga kelembutan,kehangatan, dan sensasi yang dapat ditimbulkan oleh sebuah bantal di ruang tamu itu. [Bantal mewah dijual di Amazon dengan harga yang bervariasi, mulai dari 30-100 USD, atau IDR450K-IDR1,3 Juta]. Bantal-bantal mahal itu dipromosikan sebagai sangat menyenangkan dan membuat seseorang menikmati sensasi tidur.

Makna Religius
Kata "bantal" muncul dalam Kitab Suci orang Kristen. Orang Katolik membaca dan merenungkan Injil Matius 8:18-22 di hari Senin, Pekan Biasa XIII. Yesus berkata kepada seorang ahli Taurat yang ingin mengikuti-Nya, katanya, "....Anak Manusia tidak mempunya bantal untuk meletakkan kepala" (ayat 8:20). Memang di situ dikatakan bahwa anak manusia tidak memiliki rumah untuk meletakkan kepala, tetapi dapat juga dimengerti sebagai ketiadaan bantal.

Di sinilah persisnya kita memahami makna bantal dalam arti "kenyamanan". Sama seperti bantal mengembankan fungsi kenyamanan bagi penggunanya, dan seorang bisa terganggu tidurnya ketika tidak menggunakan bantal yang membuatnya nyaman, demikian pula esensi dari mengikuti atau menjadi murid Tuhan. Pilihan dan putusan menjadi murid Tuhan selalu menimbulkan ketidaknyamanan. Dan itu sudah diingatkan dari awal ketika seseorang memutuskan menjadi pengikut Kristus.

Ketidaknyamanan karena memilih mengikuti Tuhan itu termanifestasi dalam banyak hal. Secara personal, orang dituntut untuk hidup dalam pertobatan dan pembersihan hidup terus-menerus supaya pantas menjadi pengikut Tuhan. 

Tuntutan ini dapat dimengerti karena jalan Tuhan yang bersih dan suci hendaknya tidak dicampur atau dikompromikan dengan kebiasaan hidup yang kotor dan berdebu. Ketidaknyamanan menjadi semakin terasa persis ketika kenyamanan --karena bantal yang empuk-- telah membentuk manusia dalam pola hidupnya yang lama (baca: penuh dosa).

Dalam arti itu pula kita mengerti ayat lanjutan dari Injil Matius itu, ketika Yesus mengatakan bahwa pilihan dan keputusan untuk mengikuti Tuhan itu harus bersifat total dalam arti membebaskan dan memisahkan diri dari ikatan dengan hal-hal lainnya. 

Yesusmenggunakan kalimat yang sangat keras, bahwa bahkan saudara-saudara yang meninggal pun tidak menjadi alasan untuk menunda mengikuti Dia hanya karena ingin kembali dan menguburkan mereka terlebih dahulu. "Biarkan orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka" tetapi kamu datanglah dan ikutilah Aku.

Sekali lagi, renungan mengenai "bantal" memberi kita kesempatan untuk merancang hidup kita secara lebih dalam. Pertama, pada level tertentu, kita butuh kehidupan yang nyaman. Kita butuh kehidupan yang berkualitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun