Karena anak bukan musuh. Anak adalah cermin. Dan hubungan yang utuh bukan dibentuk oleh siapa yang paling benar, tapi oleh dua hati yang saling berusaha memahami.
Penulis berharap, semoga lewat tulisan ini, ada hati yang mulai terbuka. Baik dari sisi anak yang mulai lelah, maupun orang tua yang mungkin belum sepenuhnya sadar. Jika hari ini bicara masih terasa sulit, semoga esok lebih ramah. Dan jika tak bisa saling memeluk lewat kata, semoga hati tetap mampu menyampaikan bahwa cinta itu tetap ada—meski dalam diam, meski dengan luka.
Tulisan ini bukan sekadar keluh, tapi seruan pelan dari hati yang ingin dipahami. Untukmu yang pernah diam karena lelah, atau untuk para orang tua yang mungkin belum sadar: ini saatnya membuka telinga… dan hati.
Bagaimana denganmu? Pernahkah kamu merasa tak didengar oleh orang tuamu? Atau justru sebagai orang tua, kamu sedang berusaha belajar mendengar?
Yuk, bagikan pandanganmu di kolom komentar. Siapa tahu, suaramu bisa mewakili banyak hati yang selama ini diam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI