Anak bukan musuh. Anak adalah cermin. Tapi bagaimana bisa tumbuh jika setiap suara mereka dianggap angin lalu?
Akhir tahun begini, biasanya di Kompasiana ramai kurasi tulisan. Tapi, kok keliatannya belum ada ya? Apakah Kompasianer sudah terlalu malas mengkurasi
Merdunya kicau burung bukan karena kualitas suaranya. Melainkan bagaimana ia menemukan kenyamanan, aman, sehingga ia bisa mengeluarkan suara terbaikny