Mohon tunggu...
Jeniffer Gracellia
Jeniffer Gracellia Mohon Tunggu... Lainnya - A lifelong learner

Menulis dari Kota Khatulistiwa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Blue Diamond Affair: Sudahkah Arab Saudi Memaafkan Thailand?

7 Februari 2022   20:14 Diperbarui: 9 Februari 2022   21:27 3575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PM Thailand Prayut Chan-o-cha dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman, 25 Januari 2022 | Foto diambil dari Saudi Royal Palace

Pada 25 Januari 2022, Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-o-cha disambut oleh Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman di Riyadh, Arab Saudi. 

Kunjungan resmi ini menjadi salah satu catatan sejarah paling penting, sebuah terobosan besar, dalam hubungan diplomatik kedua negara setelah renggang sejak tahun 1989. 

Ialah Kriangkrai Techamong, dalang dari retaknya hubungan kedua negara dan awal dari The Blue Diamond Affair yang selalu melegenda dan menelan enam nyawa.

Polisi Thailand menunjukkan beberapa berlian yang ditemukan. Kriangkrai tampak di sebelah kanan foto | Foto diambil dari BBC
Polisi Thailand menunjukkan beberapa berlian yang ditemukan. Kriangkrai tampak di sebelah kanan foto | Foto diambil dari BBC

91 kilogram perhiasan dan berlian

Pada tahun 1989, Kriangkrai Techamong yang merupakan warga negara Thailand bekerja sebagai seorang pelayan di istana milik Pangeran Faisal bin Fahd, anak laki-laki tertua dari Raja Fahd dari Arab Saudi. 

Kriangkrai yang hafal seluruh seluk beluk istana tersebut tahu betul bahwa tiga dari empat brankas milik majikannya kerap tidak dikunci. Ia pun memiliki akses ke kamar tidur tempat pangeran menyembunyikan brankas tersebut. 

Ketika ia melakukan aksinya, majikan beserta keluarganya sedang liburan ke luar negeri selama 3 bulan. Ini menjadi kesempatan emas untuknya, dimana Kriangkrai beberapa tahun terakhir memiliki hutang karena hobi judinya.

Aksi Kriangkrai ini memakan waktu hampir satu bulan, dimana ia mencuri barang berharga tersebut sedikit demi sedikit dan menyembunyikannya di seluruh bagian istana. 

Setelah berhasil mencuri hampir 91 kilogram perhiasan dan berlian, ia menyembunyikan curiannya ke sebuah kantong dari vacuum cleaner dan juga melakban perhiasan tersebut ke tubuhnya. 

Salah satu berlian yang Kriangkrai curi ialah sebuah berlian berwarna biru 50 karat yang ukurannya sebesar sebuah telur ayam, dengan harga sekitar 287 miliar rupiah. 

Hasil curiannya tersebut kemudian ia kirim menggunakan pengiriman kargo kapal, dimana ia menyusul pulang agar sampai terlebih dahulu di kampung halamannya di Provinsi Lampang, Thailand. 

Tanpa mengetahui nilai asli dari berlian dan perhiasan yang ia curi, Kriangkrai pun menjualnya dengan harga yang murah kepada seorang pembuat perhiasan asal Bangkok, Santhi Sithanakan. Santhi kemudian membeli sebagian besar berlian dan perhiasaan tersebut dengan harga yang sangat murah. 

Hilangnya berlian biru dan perhiasan palsu

Penyelidikan pun dimulai atas permintaan kerajaan Arab Saudi. Penyelidikan Polisi Kerajaan Thailand dipimpin oleh Letnan Jenderal Chalor Kerdthes yang akhirnya menangkap Kriangkrai pada Januari 1990, menginterogasi Santhi serta pengembalian sebagian besar perhiasan yang dicuri. 

Kriangkrai kemudian dipenjara selama 7 tahun, namun dibebaskan setelah 3 tahun dengan alasan ia bekerja sama dengan polisi dan telah mengaku.

Letnan yang memimpin penyelidikan tersebut kemudian terbang ke Arab Saudi, mengembalikan barang-barang yang telah dicuri.

Namun pihak berwenang dari Arab Saudi menemukan bahwa 80% dari perhiasan dan berlian telah hilang, termasuk berlian biru yang terkenal, dan sisanya yang dikembalikan adalah palsu. 

Berbagai bisikan pun menyebar diantara wartawan Thailand, dimana foto-foto dari sebuah acara penggalangan dana menunjukkan istri-istri dari pejabat Thailand menggunakan berbagai perhiasaan dan berlian yang mirip dengan barang curian Kriangkrai yang sebelumnya ditunjukkan oleh Polisi Thailand sebelum dikembalikan. 

Desas-desus ini kemudian memicu kecurigaan kerajaan Arab Saudi bahwa berlian biru dan perhiasan lainnya telah diambil oleh polisi serta pejabat Thailand untuk kepentingan mereka sendiri. 

Keluar dari penjara, Kriangkrai bekerja sebagai petani di kampung halamannya. Foto ini pada tahun 2019 | Foto milik BBC Thailand
Keluar dari penjara, Kriangkrai bekerja sebagai petani di kampung halamannya. Foto ini pada tahun 2019 | Foto milik BBC Thailand

Kutukan berlian biru

Sebulan setelah Kriangkrai ditangkap, tepatnya pada 1 Februari 1990, tiga diplomat yang bekerja sebagai pegawai visa di kedutaan besar Arab Saudi dibunuh. 

Menyusul kejadian tersebut, Mohammad al-Ruwaili yang merupakan seorang pengusaha yang terkenal akan kedekatannya dengan keluarga kerajaan Arab Saudi pergi ke Bangkok untuk menyelidiki hilangnya berlian biru tersebut. Ia kemudian hilang pada 12 Februari 1990 dan diduga telah dibunuh. 

4 orang tersebut menambah daftar warga negara Arab Saudi yang dibunuh secara misterius setelah peristiwa pencurian tersebut, dimana sebelumnya pada 4 Januari 1989 seorang diplomat juga dibunuh. 

Hingga sekarang seluruh pembunuhan tersebut tidak terpecahkan, namun kerajaan Arab Saudi menyatakan bahwa pemerintah Thailand tidak cukup berusaha untuk memecahkan masalah ini.

Bukan hanya warga negara Arab Saudi, kutukan berlian biru tersebut juga memakan nyawa warga negara Thailand. Ialah istri dan putra dari Santhi Sithanakan, pembuat perhiasan dari Bangkok, yang menghilang dan kemudian jenazahnya ditemukan di sebuah mobil Mercedes. 

Namun pada tahun 1993, Letnan Jenderal Cahlor kemudian dijatuhi hukuman 20 tahun penjara karena terbukti memeras dan membunuh istri dan putra Santhi.

Letnan Jenderal Chalor Kerdthes ketika ditangkap setelah terbukti memeras dan membunuh istri dan putra Santhi | Foto milik AP
Letnan Jenderal Chalor Kerdthes ketika ditangkap setelah terbukti memeras dan membunuh istri dan putra Santhi | Foto milik AP

Dampaknya ke hubungan kedua negara

Setelah kasus pembunuhan tersebut, hubungan kedua negara teruslah memburuk. Arab Saudi menghentikan seluruh visa kerja untuk warga Thailand dan juga melarang warganya untuk berlibur ke Thailand. 

Mereka yang melanggar hukum ini diangap sebagai pelangaran hukum yang serius, dimana pemerintah dapat melakukan penyelidikan, denda, hingga hukuman penjara. Untuk masyarakat Thailand yang menganut agama Islam yang ingin menuaikan ibadah haji juga dibatasi jumlahnya. 

Keputusan Arab Saudi menyebabkan menurunnya jumlah tenaga kerja Thailand disana, yang awalnya pada tahun 1989 sebanyak 150.000 hingga 20.000 orang menjadi hanya 56 orang terhitung pada Desember 2021. 

Sudahkah Arab Saudi memaafkan Thailand? 

Kedatangan Prayut ke Riyadh menjadi awal dari hubungan kedua negara yang diharapkan dapat semakin baik setelah hampir 32 tahun kebenaran The Blue Diamond Affair tidak terungkap. 

Beberapa media menyorot bagaimana kedatangan Prayut yang diam-diam, dijemput oleh wakil gubernur Riyadh yang termasuk ke pejabat berpangkat rendah, dan juga tanpa laporan TV Live yang khas akan sambutan Arab Saudi kepada petinggi negara lain. 

Pernyataan dari kerajaan Arab Saudi akan maksud dari kunjungan ini juga tidak jelas, hanya menyatakan adanya "keinginan kerajaan untuk memperkuat hubungan bersama dan membangun jembatan komunikasi dengan semua negara di seluruh dunia". 

Namun dua hal yang pasti adalah: The Blue Diamond Affair telah merugikan perekonomian kedua negara, dan ditengah modernisasi global Thailand dan Arab Saudi saling membutuhkan satu sama lain. 

Dari sisi Thailand, perbaikan hubungan diplomatik ini membawa angin segar. Masih dalam pandemi COVID-19, rencana perbaikan perekonomian Thailand difokuskan dalam pendapatan dari turis dan pendapatan dari tenaga kerja yang dikirim ke Arab Saudi.

Maskapai nasional Arab Saudi, Saudia, diketahui telah mulai menjadwalkan penerbangan langsung ke Thailand mulai bulan Mei 2022 setelah meluncurkan kampanye iklan liburan ke Bangkok. Kementerian Keuangan Thailand memprediksi total turis asing akan meningkat menjadi 7 juta tahun ini, dimana pada tahun 2021 hanya 427.869 orang. 

Di sisi lainnya, Pangeran Mohammed terus melancarkan rencananya untuk memenangkan sekutu dari luar negeri menyusul keretakan hubungan regional di Timur Tengah. 

Perbaikan hubungan ini juga sangat mencerminkan Arab Saudi yang sedang gencar-gencarnya melakukan modernisasi dan berusaha melepaskan ketergantungan dari pendapatan minyak. 

Negara ini terus berusaha menarik turis dan investor asing, merombak Arab Saudi yang selama ini selalu dikenal sebagai negara yang tertutup dan catatan Hak Asasi Manusia yang buruk. 

Penulis pun menyimpulkan, hubungan kedua negara yang putus hampir 32 tahun ini pada akhirnya akan kembali erat karena kepentingan-kepentingan yang sulit di-nomor duakan di tengah globalisasi dan perbaikan perekonomian pasca pandemi COVID-19.

Berlian biru pun mulai ditinggalkan dan dilupakan, menyisakan Kriangkrai, Santhi beserta istri dan anaknya, Cahlor, dan 5 warga negara Arab Saudi lainnya yang menjadi korban dari kutukan berlian tersebut. 

Sumber: 1, 2, 3, 4

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun