Mohon tunggu...
Jeniffer Gracellia
Jeniffer Gracellia Mohon Tunggu... Lainnya - A lifelong learner

Menulis dari Kota Khatulistiwa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nasib Pengungsi yang Terombang-ambing di Tengah Lautan

8 Juni 2021   15:00 Diperbarui: 8 Juni 2021   15:22 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pengungsi berdesak-desakan di tengah kapal kayu di tengah lautan | Foto diambil dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (https://refugeesmigrants.un.org/)

Pada Mei 2015, puncak dari krisis di Rohingya, diketahui sekitar 100.000 hingga 300.000 orang melarikan diri dari Myanmar dan Bangladesh melalui rute ini. Korban masih belum diketahui, sekitar ribuan lainnya diyakini meninggal karena kekurangan makanan dan air atau tenggelam di tengah lautan.

Shabab Uddin adalah seorang pengungsi berumur 20 tahun dari Myanmar yang mengarungi lautan selama dua bulan diatas sebuah kapal kayu. Dalam wawancaranya dengan Reuters (4/5/20), dari 400 pengungsi di rombongannya yang diselamatkan terdapat sekitar puluhan hingga 100 pengungsi yang meninggal dalam perjalanan. 

Ratusan laki-laki, perempuan, dan anak-anak berdesakan di atas kapal yang tidak bergerak. Tidak ada yang melindungi mereka dari hujan ataupun teriknya cahaya matahari. 

Korban mulai berjatuhan ketika persediaan makanan dan minuman habis. Jasad dilempar ke laut. “Saya kira tidak akan bisa pulang dalam keadaan hidup. Saya rindu keluarga, terutama keluarga,” kata Uddin yang sekarang berlindung di Malaysia. 

Hal yang sama juga dinyatakan oleh Hassan, dimana ia menyatakan pengungsi yang putus asa mulai minum air laut diikuti dengan halusinasi betapa manisnya air laut.  

Banyak yang melompat ke air, semua orang mengatakan jauh lebih baik mati di laut dibandingkan di kapal,” ujar Hassan.

Bukan hanya lautan yang berbahaya yang harus mereka hadapi. Banyak dari pengungsi jatuh ke tangan para penyeludup manusia tidak bertanggung jawab, menjadi korban perdagangan manusia. Mereka juga mengalami eksploitasi, pelecehan seksual, hingga kekerasan dalam perjalanannya ataupun ketika sudah menjadi imigran di negara tujuannya. 

Jenazah 74 pengungsi yang menuju Italia melewati Laut Mediterania terdampar di pantai Libya (21/2/17) | Foto diambil dari Independent/IRFC (https://www.independent.co.uk/)
Jenazah 74 pengungsi yang menuju Italia melewati Laut Mediterania terdampar di pantai Libya (21/2/17) | Foto diambil dari Independent/IRFC (https://www.independent.co.uk/)

Hari Laut Sedunia

Hari ini, 8 Juni, seluruh dunia merayakan World Oceans Day atau Hari Laut Sedunia. Tema Hari Laut Sedunia kali ini adalah “The Ocean: Life and Livelihoods” atau diterjemahkan menjadi “Lautan: Kehidupan dan Penghidupan”. 

Fokus utama dari tema ini adalah untuk merayakan sekaligus mendukung kehidupan di dalam laut sekaligus mereka yang mata pencahariannya bergantung dengan laut, seperti nelayan. 

Menurut penulis, para pengungsi yang mempertaruhkan nyawanya mengarungi dan terombang-ambing di tengah lautan menjadi salah satu bagian penting yang perlu kita refleksikan di Hari Laut Sedunia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun