Mohon tunggu...
Rut Sri Wahyuningsih
Rut Sri Wahyuningsih Mohon Tunggu... Penulis - Editor. Redpel Lensamedianews. Admin Fanpage Muslimahtimes

Seorang ibu rumah tangga yang ingin terus belajar indahnya Islam dan menebarkannya lewat goresan pena

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Budaya Antre Harakiri demi Harga Diri

26 Agustus 2022   22:03 Diperbarui: 26 Agustus 2022   22:09 1073
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: antri/desain pribadi

Majelis Kehormatan Partai (MKP) Gerindra memutuskan pemecatan terhadap anggota DPRD Palembang Sukri Zen, yang memukuli wanita bernama Tata di SPBU. Selain itu, Partai Gerindra menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia atas kasus tersebut.

 

Belum hilang rasa terkejut akibat insiden polisi tembak polisi, arogansi mereka yang memiliki kekuasaan kembali terjadi. Ada apa negeri ini? Mengapa semua orang mudah tersulut emosinya dan sumbu pendek, mengambil tindakan semena-mena bahkan hingga menghilangkan nyawa. Betapa di negeri ini nyawa lebih murah dari kacang goreng 

 

Penghilangan nyawa seorang siswa di sebuah SMK di Jember juga membuat perih hati, hanya gara-gara gadis yang diincar main WA, tendang leher kawan hingga tak hanya jatuh terjengkang, namun nyawa kembali meregang. Nitizen ikut meradang, apakah hanya dia perempuan di dunia ini satu-satunya?

 

Mungkin mulut bisa bilang kalau cinta tak bisa memilih, namun jika Allah wajibkan kita menjauhi pacaran, sebab ia adalah jalan yang buruk karena mendekati zina apakah kita masih bisa mengatakan tak punya pilihan juga?

Allah SWT berfirman yang artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling dari-Nya, padahal kamu mendengar (perintah-perintah-Nya)." ( QS Al Anfal:20). Sematan orang beriman semestinya cukup untuk menghentikan arogansi dan kesombongan. Manusia bukan apa-apa di hadapan Allah.

Bisa jadi sekarang adalah penguasa, anggota dewan yang terhormat, wakil rakyat untuk bersuara di sidang menyerukan aspirasi rakyat, agar hidup lebih baik. Namun, hanya perkara antri harus harakiri demi harga diri. Namun, memang di Indonesia, budaya antri sangat buruk dan belum menjadi budaya yang positif.

 

Hal itu bukan datang begitu saja, namun telah tersistem dari tingkat RT hingga ibukota. Hal ini karena kadang kartu katabelece masih berlaku. Tak mau antri atau mau antri tapi dengan perlakuan istimewa karena misal anak pejabat, anak kyai, salah satu Richi rich , sultan saking kayanya, pejabat tinggi dan lain sebagainya, namun setelah pensiun, akan terlupakan seiring waktu.

 

Sistem itu adalah demokrasi kapitalisme. Demokrasi meniscayakan kebebasan berperilaku, kebebasan berpendapat dan kebebasan memiliki tanpa batas, mengakibatkan seseorang hidup hanya berkutat pada perolehan manfaat materi  semata.

 

Demokrasi pun melahirkan banyak penguasa yang korup. Mereka berdalih, korupsi adalah jalan lain untuk mendapatkan nafkah. Sebab biaya demokrasi sangatlah mahal, bak madu yang manis semutpun berkerumun ingin mengambil peluang memperkaya diri.

 

Padahal, ketika telah duduk manis di kursi kekuasaan yang diidamkan, rakyat terlupakan. Bahkan tak pandang siapa yang di hadapannya, main tampar kepada seorang perempuan, bisa jadi ia salah satu rakyat yang memilihya hanya karena tak sabar ikut deretan antri. Bagaimana kemudian ia bisa menisbatkan dirinya berjuang untuk rakyat?

Mungkin boleh iri jika budaya antri ini dibandingkan dengan dunia barat, yang sangat tertib dan menghargai kebutuhan komunal atau pelayanan sosial . Namun secara akidah, ketertiban mereka tidak akan menghasilkan pahala, sebagainya seorang Muslim ketika melakukannya akan mendapatkan pahala.

 

Keyakinan inilah yang hendaknya mendorong seorang Muslim untuk produktif, menguasai iptek. Menghasilkan banyak karya demi maslahat umat. Terlebih jika ia memiliki kekuasaan maka ia harus menjadi pelayan bagi umat sebagaimana sabda Rasulullah saw ,"Imam (Khalifah) adalah raa'in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya." (HR al-Bukhari). Wallahu a' lam bish showab. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun