"Iya iya. Eh king temenin aku potong kue dong, biar romantis gitu, hehe." Aku mengajak Irfan
"Ayo, siapa berani. Eh siapa takut maksudnya."
"Yang, aku takut kalo sendiri, ana kan bisa bisa motong kuenya sendiri."
"Oh iya ya, na aku musti temenin windi, dia takut kalo sendiri."
"Manja banget sih, yaudah sana." Pintaku dengan kesal
Malam itu sungguh membuatku marah, sahabat yang biasanya selalu bareng, kini luangin waktunya untuk orang lain. Aku seketika ingin melempar kue ulang tahunku ke muka windi yang manja itu. Untung saja dia adalah pacar sahabatku, kalau tidak sudah ku labrak dia.
Keesokan harinya Irfan menemuiku di sekolah, dia meminta maaf kepadaku. Aku pun memaafkannya tapi dengan syarat dia harus keliling lapangan basket sambil teriak "Ana maafin aku". Dia pun menerima tantanganku itu, tapi tak begitu saja, diapun memberi syarat, jika selesai aku akan menraktirnya di kantin sampai dia puas. Aku pun tak keberatan, dan akhirnya dia pun menjalankan permintaanku. Sementara aku menyaksikan Irfan keliling lapangan, tiba tiba windi datang dan menarik irfan, lalu datang kepadaku
"Ana, jangan mentang mentang kamu sahabatan sama Irfan, kamu mau buat dia seenak hati kamu." Kata windi dengan emosi
"Ih apaan sih win, kamu baru kenal ama king yah, aku aja yang udah enam tahun bareng bareng ama dia ga pernah protes kalau dia dapat hukuman." aku membela diri
"Kok kalian jadi bertengkar sih, kamu juga windi, ga tau apa apa tiba tiba main labrak aja. Aku sama ana udah buat perjanjian sebelum nya, kalau aku bisa melakukan apa yang dia minta dia akan traktir aku di kantin. Kamu ga boleh gitu, harus paham akar permasalahannya dulu." Irfan menjelaskan
"Kok kamu jadi belain dia sih? Aku ini kan pacar kamu fan, pokoknya sekarang kamu pilih aku atau dia."