Mohon tunggu...
Jemi Kudiai
Jemi Kudiai Mohon Tunggu... Pemerhati Governace, Ekopol, Sosbud

Menulis berbagi cerita tentang sosial, politik, ekonomi, budaya dan pemerintahan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Otsus Papua dan Krisis Representasi: Politik Akomodatif yang Mejahu dari Rakyat

13 Oktober 2025   01:34 Diperbarui: 13 Oktober 2025   01:58 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik akomodatif mungkin menciptakan jabatan baru(Sumber: Papuabarattribun.news)

Krisis Representasi: Elit yang Tak Lagi Menyapa Rakyat

Salah satu kegagalan paling serius dalam pelaksanaan Otsus adalah krisis representasi.

Banyak elit Otsus tampil sebagai "wakil Papua" di ruang rapat dan meja kebijakan, tetapi mereka tidak lagi hadir di tengah rakyat.

Kebijakan disusun tanpa konsultasi yang bermakna dengan komunitas adat, gereja, pemuda, perempuan, dan kaum intelektual lokal. Aspirasi masyarakat di kampung dan distrik jarang diterjemahkan menjadi keputusan strategis. Akibatnya, kebijakan Otsus kehilangan jiwa dan makna sosialnya.

Fenomena ini melahirkan elitisme administratif  di mana pembangunan menjadi urusan segelintir pejabat, sementara masyarakat hanya menjadi objek dari program yang tidak mereka pahami. Dalam situasi seperti itu, Otsus kehilangan daya transformasinya dan berubah menjadi sekadar instrumen legitimasi kekuasaan.

Pembangunan Tanpa Akar Sosial

Papua tidak kekurangan program, melainkan kekurangan keterhubungan sosial antara kebijakan dan kebutuhan nyata masyarakat. Banyak proyek besar gagal karena tidak memperhitungkan konteks lokal, budaya kerja, dan sistem sosial adat yang menjadi basis kehidupan masyarakat Papua.

Ketika masyarakat tidak dilibatkan sejak perencanaan, proyek pembangunan hanya menimbulkan alienasi. Rakyat melihat pembangunan sebagai "barang dari luar" yang datang dengan janji besar, tetapi pergi tanpa hasil nyata.

Sementara itu, sebagian elit politik dan birokrasi Otsus tumbuh menjadi kelas baru yang menikmati posisi dan fasilitas, tapi kehilangan empati sosial terhadap rakyat yang mereka wakili.

Komite Eksekutif: Peluang Baru atau Ulangan Pola Lama?

Pembentukan Komite Eksekutif Percepatan Pembangunan Otsus Papua di era pemerintahan Prabowo-Gibran kembali menimbulkan harapan sekaligus kekhawatiran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun