Mohon tunggu...
Jemi Kudiai
Jemi Kudiai Mohon Tunggu... Pemerhati Governace, Ekopol, Sosbud

Menulis berbagi cerita tentang sosial, politik, ekonomi, budaya dan pemerintahan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Selamat Berhari Minggu

14 September 2025   14:09 Diperbarui: 14 September 2025   14:09 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Minggu 14 September 2025, setiap hari selalu memiliki makna yang istimewa bagi umat Kristiani. Bukan sekadar hari libur dari rutinitas pekerjaan, melainkan hari untuk kembali menenangkan diri, bersekutu dengan Tuhan, dan merenungkan firman-Nya. Salah satu ayat yang begitu terkenal sekaligus menjadi inti dari kitab Yohanes 3:16:

"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."

Ayat ini menyingkapkan inti kasih Allah: kasih yang tanpa syarat, kasih yang rela berkorban, kasih yang memberi hidup. Allah tidak hanya mengucapkan cinta, tetapi Ia mewujudkannya dalam tindakan nyata dengan mengaruniakan Yesus Kristus bagi keselamatan manusia.

Kasih Allah yang Tak Tergantikan

Sering kali manusia mencari kasih pada hal-hal duniawi pada harta, jabatan, atau bahkan pengakuan sesama. Namun kasih itu fana dan mudah hilang. Kasih Allah berbeda. Ia memberikan yang paling berharga, Anak-Nya sendiri, agar manusia yang berdosa tidak lagi binasa. Ini adalah kasih yang tak bisa ditukar oleh apapun di dunia.

Kasih yang begitu besar ini mengubah cara kita memandang hidup. Ketika dunia penuh dengan ketidakadilan, penderitaan, dan ketakutan, Yohanes 3:16 hadir sebagai pengingat bahwa Allah selalu berpihak kepada manusia. Ia tidak membiarkan kita berjalan sendirian.

Tanggapan Kita terhadap Kasih Allah

Namun, kasih Allah tidak berhenti sebagai sebuah janji. Kasih itu menuntut tanggapan. Pertanyaannya adalah: bagaimana kita merespons kasih yang begitu besar ini?

Pertama, dengan iman. Percaya kepada Kristus berarti menyerahkan hidup kita sepenuhnya kepada-Nya. Kedua, dengan syukur. Hidup yang bersyukur bukan hanya dalam ucapan, melainkan dalam tindakan yang menghadirkan kasih bagi sesama. Dan ketiga, dengan pengharapan. Hidup kekal bukan hanya janji masa depan, tetapi sebuah realitas yang sudah kita rasakan saat ini ketika kita hidup dalam kasih Allah.

Kasih yang Mengubah Dunia

Hari Minggu menjadi momentum yang tepat untuk kembali mengingat: kasih Allah bukan hanya untuk kita nikmati, tetapi juga untuk kita bagikan. Di tengah masyarakat yang penuh perpecahan, kasih itu memanggil kita untuk menjadi jembatan, bukan jurang; untuk menjadi cahaya, bukan kegelapan.

Kasih Allah yang begitu besar adalah dasar bagi rekonsiliasi, pengampunan, dan persaudaraan sejati. Jika Allah telah mengasihi kita tanpa syarat, maka kita pun dipanggil untuk mengasihi tanpa batas.

Selamat berhari Minggu. Kiranya refleksi ini mengingatkan kita semua bahwa kasih Allah adalah kekuatan yang memulihkan, menghidupkan, dan memberi harapan baru. Mari kita menyambut minggu yang baru dengan hati yang diperbarui, iman yang diteguhkan, dan kasih yang diwujudkan dalam tindakan nyata bagi sesama.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun