Mohon tunggu...
Bionic HD
Bionic HD Mohon Tunggu... Tess

Pedulu baru Peduli

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengapa Ada Geng Motor di Pekanbaru?

19 Mei 2013   15:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:21 966
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekiranya dekade 2006 hingga saat ini dapat dikatakan sebagai kemajuan perkembangan dunia otomotif di Propinsi Riau, terlebih lagi Pekanbaru. Perkembangan dunia otomotif tersebut dapat ditandai dengan digelarnya berbagai event road race, drag bahkan grasstrack. Asumsi ini juga dapat diperkuat dengan berdirinya sirkuit permanen yang berada di Kota Bangkinang, Kabupaten Kampar. Sirkuit ini direncanakan sebagai agenda dalam PON XVIII yang baru saja digelar beberapa waktu yang lalu. Meskipun PON yang terbilang sukses bagi KPK dalam mengungkap berbagai peraktek korupsi didalamnya, akan tetapi pesta olahraga akbar ini belum terbilang sukses membuat event balap motor sebagai agenda tetapnya. Namun demikian, dengan keberadaan sirkuit tersebut Propinsi Riau dapat terbilang sukses dalam pergerakan memajukan dunia otomotif.

Sudah saatnya semua pihak ikut memfasilitasi serta menjaga infrastruktur yang ada saat ini. Menurut laporan Tribun Pekanbaru (Sabtu, 19 Januari 2013) Pemko PekanbaruPemko meanggarkan dana pembuatan Sirkuit Permanen yang akan dibangun diatas lahan 10 Hektare, tepatnya di Jalan Badak, Tenayan Raya. Sebagai ajang balap motor (Road Race) region I Sumatera telah ada sirkuit permanen Padang Panjang Manna, Kabupaten Bengkulu Selatan dan juga Skyland di kota Sekayu, Sumatera Selatan. Harapan kedepannya semoga dengan berdirinya sirkuit-sirkuit ini dapat menjadi penyaluran hobi serta memberikan competitor dalam dunia balap tanah air ini. Namun kurangnya perhatian terhadap infrastruktur yang ada akan mengurangi nilai-nilai penting dan fungsi dari infrastruktur tersebut.

Sesuatu yang tidak terawat akan menjadikannya berubah fungsi, bahkan dapat menjadi sumber kerusakan. Seperti halnya stadion Kaharuddin Nasution yang terletak di Kompleks Sport Center Rumbai Pekanbaru, disinyalir menjadi markasnya Geng Motor XTC Pekanbaru yang sedang panas dibicarakan saat ini. Selain itu arena ini juga dijadikan sebagai ajang pacaran dan juga sebagai kesempatan Geng XTC dalam mengekspresikan kebejatannya. Jika berbalik ke tahun 2010 saat kejayaan PSPS Pekanbaru mengembangkan layarnya untuk mengarungi Liga Super sebagai perwakilan dari Negeri Lancang Kuning ini, kondisi stadion ini tidaklah semegah seperti yang terlihat saat ini. Pada saat itu, beragam kegiatan dapat kita jumpai disana. Sesuatu yang terbilang menakjubkan bahwa pada saat itu, setiap sore para pemuda maupun pemudi dengan berbagai atributnya meramaikan tontonan balapan seru seperti road race diatas lintasan batako (kondisi memperihatinkan), grasstrack hingga freestyle.

Kekurangan pasti akan selalu ada, untuk itu setiap kekurangan harus dilengkapi dan disempurnakan. Selain Stadion Kaharuddin Nasution, tempat lain yang menjadi sorotan penting tentunya terminal AKAP Payung Sekaki. Sebagai peran fungsinya, bangunan megah ini mungkin tidaklah menjadi terminalnya para penumpang angkutan umum. Bangunan megah ini layaknya bagaikan tak berpenghuni, kebijakan terbaik yang pernah dirasakan yaitu fasilitas ini dapat dimanfaatkan sebagai ajang latihan dalam mempersiapkan diri untuk menghadapi event kejuaraan road race. Tentunya latihan ini dilengkapi dengan standar keamanan dalam berkendaraan, bahkan pembalap yang benar-benar ingin berlatih disini menggunakan werpak. Namun kejadian lain yang sangat memperihatinkan yaitu ketika standar keamanan dalam berkendaraan itu dilupakan. Inilah yang membedakannya dengan mental pembalap sejati.

Pergaulan yang sehat akan mengajarkan kita bahwa ajang kebut-kebutan bukanlah cara yang tepat dalam menyalurkan hobi. Jaringan pertemanan yang terbina dengan baik akan menciptakan kondisi yang harmonis, namun hal inilah yang mulai terasa menghilang dari tiap diri kita. Ketika akhir pekan telah datang, seisi Pekanbaru mulai terlihat dengan berbagai aktifitasnya. Berbagai jenis sepeda motor tentunya menjadi sesuatu yang sangat langka untuk tidak terlihat. Halaman Eks MTQ 1994 Pekanbaru yang terletak tidak jauh dari bandara Sultan Syarif Kasim II menjadi tujuan perkumpulan, bahkan jalan umum didepan MTQ ini seketika berubah layaknya arena sirkuit. Hal serupa juga terjadi di kawasan lainnya, seperti Jl. Diponegoro (Dipo) bahkan Jl. Cut Nyak Dien. Meski demikian, Jl. Cut Nyak Dien yang berdekatan langsung dengan kantor Gubernur tersebut kerap disiagakannya aparat kepolisian yang membuat aktifitas balap liar (bali) tidak separah jalanan umum lainnya yang dijadikan arena bali.

Ideology Pacasila menyiratkan semangat gotong-royong diantara kita. Sebagai pemuda harapan bangsa, sekiranya kita dapat menjadikan olahraga, terutama balap motor sebagai sarana membangun generasi yang sehat dan berwawasan luas guna mengisi dan melanjutkan perjuangan kemerkaan para pahlawan terdahulu. Peran penting pencegahan terhadap gerakan yang meresahkan banyak pihak bukan hanya menjadi tanggung jawab para pemuda itu sendiri maupun pihak kepolisian. Diharapkan semua pihak di lingkungan sekolah, rumah maupun sosial dan pemerintahan dapat bersama-sama memperhatikan bahkan hingga hal-hal kecil yang mengakibatkan dampak besar bagi kesetabilan berbangsa dan bermasyarakat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun