Mohon tunggu...
Jati Kumoro
Jati Kumoro Mohon Tunggu... Wiraswasta - nulis di podjok pawon

suka nulis sejarah, kebudayaan, cerpen dan humor

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Faktor-Faktor Penyebab Perpindahan Pusat Pemerintahan Mataram Kuno ke Jawa Timur

3 Agustus 2020   20:58 Diperbarui: 4 Juni 2021   08:05 37572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Faktor Penyebab Perpindahan Pusat Pemerintahan Mataram Kuno ke Jawa Timur. | https://hurahura.wordpress.com

Prasasti Sangguran (982 M) yang ditemukan di Malang Jawa Timur menuliskan bahwa Raja Mataram Kuno di Jawa Tengah yang bernama Sri Maharaja Rakai Pangkaja Dyah Wawa Sri Wijayalokanamottungga (Dyah Wawa) pada tahun 928 M telah meresmikan desa Sangguran sebagai  sebuah sima, sebagai sebuah desa yang dibebaskan dari kewajiban membayar pajak.

Dalam prasasti Sangguran ini juga disebutkan nama Rakryan Mapatih I hino Mpu Sindok Sri Isanawikramadana, pejabat selain sang raja yang tercantum dalam acara peresmian desa Sangguran menjadi desa sima.

Namun setahun kemudian, pada 929 M, gelar Mpu Sindok ini sudah berganti menjadi Sri Maharaja Rake Hino dyah Sindok Sri Isanawikramadharmatunggadewa, sebagaimana yang tertulis di prasasti Turyyan (929) yang ditemukan di Malang Jawa Timur.

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id
Prasasti Turyyan (929 M) juga menyebutkan bahwa Mpu Sindok  membangun pusat pemerintahannya  di Tamwlang, yang sekarang diidentifikasikan sebagai desa Tembelang di daerah Jombang Jawa Timur.

Baca juga: Mataram Kuno: Kudeta Rake Warak dan Runtuhnya Kejayaan Dinasti Sailendra

Dari kedua prasasti ini  dapat diketahui bahwa antara tahun 928-929 M, telah terjadi perpindahan pusat pemerintahan Mataram Kuno yang semula berada di Jawa Tengah semasa Dyah Wawa, telah beralih ke Tamwlang, Jombang Jawa Timur dan yang telah menjadi penguasanya adalah Mpu Sindok.

Terjadinya perpindahan pusat pemerintahan Mataram Kuno  ke Jawa timur ini tentunya berdasarkan beberapa alasan yang kuat. Berbagai faktor tentunya menjadi pertimbangan yang dalam mendirikan pemerintahan yang baru di lokasi yang baru pula. Yang jelas wilayah Jawa Tengah tidak menjadi pilihan dan ditinggalkan karena dianggap "sudah tak layak" untuk dijadikan pusat pemerintahan yang baru.

Hal yang pertama adalah kondisi sosial politik yang semakin tidak stabil akibat perang memperebutkan kekuasaan antar kerabat istana sendiri. Raja Balitung dikudeta oleh Mpu Daksa yang bersekutu dengan Rakai Gurunwangi. Dyah Wawa yang menjadi raja semasa Mpu Sindok masih menjadi Rakryan Mahamantri i Hino juga menjadi raja setelah merebut kekuasaan dari Dyah Tulodhong.

Baca juga: Sound of Borobudur: Menelisik Alat Musik Mataram Kuno pada Relief Karmawibhangga

Hal yang kedua yang menjadi penyebab perpindahan ini adalah sebagaimana pendapat yang diajukan oleh van Bemmelem, yang didukung juga oleh Boechari, adalah bahwa pada masa pemerintahan Dyah Wawa (924-929 M) telah terjadi bencana alam akibat letusan gunung Merapi. Letusan gunung Merapi yang disertai dengan gempa bumi, hujan batu dan abu, serta banjir lahar yang hebat, telah menyebabkan rusaknya kondisi ibukota Mataram Kuno di Jawa Tengah.

Bukti-bukti yang mendukung dari pendapat ini adalah dengan ditemukannya beberapa candi yang berhasil digali setelah terkubur di dalam tanah untuk waktu yang berabad-abad seperti candi Sambisari, Morangan, Kedulan,  Kadisoka, dan Kimpulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun