REVITALISASI PENDIDIKAN PANCASILA DI ERA DIGITALÂ
Perkembangan teknologi digital membawa dampak besar dalam kehidupan masyarakat, khususnya generasi muda. Internet dan media sosial kini menjadi sumber utama informasi dan hiburan, namun juga membuka ruang masuknya budaya luar yang tidak selalu sesuai dengan nilai-nilai bangsa. Dalam situasi ini, Pancasila sebagai dasar negara memiliki peran penting sebagai pedoman moral dan jati diri bangsa.
Sayangnya, pendidikan Pancasila di sekolah sering dianggap membosankan dan tidak relevan dengan kehidupan sehari-hari. Banyak siswa hanya menghafal, tanpa benar-benar memahami maknanya. Karena itu, perlu dilakukan revitalisasi pendidikan Pancasila, agar nilai-nilainya tetap hidup dan sesuai dengan tantangan zaman digital.
Revitalisasi ini bertujuan menjadikan Pancasila lebih dekat dengan generasi muda melalui cara-cara yang kreatif, modern, dan kontekstual---misalnya lewat media digital, diskusi online, atau integrasi nilai-nilai Pancasila dalam aktivitas di dunia maya.
Revitalisasi ini tidak berarti mengubah isi Pancasila, tetapi cara mengajarkannya agar sesuai dengan zaman sekarang. Berikut adalah bagaimana setiap sila Pancasila bisa diterapkan dan diajarkan kembali di era digital:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Pendidikan Pancasila harus menanamkan nilai keimanan di tengah banjir informasi digital. Anak-anak muda harus diajarkan untuk tidak terpengaruh oleh konten yang menyesatkan atau bertentangan dengan ajaran agama. Melalui media digital, sekolah bisa mengajarkan toleransi antarumat beragama dan pentingnya memiliki akhlak mulia dalam dunia nyata maupun maya.
Contoh implementasi: Mengajarkan etika berinternet berdasarkan ajaran agama, seperti tidak menyebar hoaks, tidak menghina kepercayaan lain, dan selalu menjaga sopan santun dalam komunikasi daring.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Di era digital, banyak terjadi perundungan (bullying) dan ujaran kebencian di media sosial. Pendidikan Pancasila harus menekankan pentingnya sikap saling menghargai dan empati terhadap sesama, termasuk saat berinteraksi secara online.
Contoh implementasi: Membiasakan siswa berdiskusi dengan sopan di platform digital, serta mengajarkan pentingnya menghormati perbedaan latar belakang, pendapat, dan budaya.