Mohon tunggu...
Angel Sang Pemenang
Angel Sang Pemenang Mohon Tunggu... -

demokrasi telah mati

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kalah karena Serakah

9 Agustus 2018   07:02 Diperbarui: 9 Agustus 2018   07:47 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Gerombolan perampok menyatroni sebuah rumah yang cukup besar. Dalam waktu kurang dari 10 menit, mereka sudah berhasil merampas kunci motor dan mobil, beserta uang tunai belasan juta dan dan perhiasan puluhan juta. Rupanya penjahat ini masih berusaha menjebol brankas di kamar utama. 

Perlu waktu 15 menit untuk membuka isinya yang ternyata surat surat penting, yang tidak ada artinya tanpa namanya tercantum dalam dokumen tersebut. Sampai sejauh ini 25 menit berlalu. Jika penjahat itu memutuskan lari, maka operasi akan berlangsung aman.

Tak di sangka, menjelang mereka meninggalkan rumah tersebut, si putri dengan sengaja memperlihatkan paha mulusnya. Si perampok langsung berhenti. 

Rupanya si putri berhasil melakukan negosiasi dan memperlama perampok tinggal di rumah. Si putri bilang mau menari telanjang asal tidak membawa pergi dokumen di brankas.

Negosiasi tipuan pun terjadi. Si putri berusaha meyakinkan pentingnya dokumen itu sehingga memohon jangan sampai dibawa. Merasa diatas angin perampok meminta lebih, tidak sekedar menari telanjang. 

Negosiasi yang aduhai membuat para perampok naik syahwatnya dan hilang kewaspadaan, sepuluh menit berlalu untuk membahas hal teknis yang remeh temeh dan mereka saling ngotot.


Belum sempat tarian telanjang terjadi. Rumah tersebut sudah dikepung oleh polisi dan warga. Rupanya si putri sempat menulis pesan perampokan di grup WA. Saat ribut2 di mulai dan dia sedang di kamar.

Apa maknanya?

Seringkali kegagalan karena kita terlalu serakah. Rumah tangga berantakan karena suami melakukan banyak hal diluar norma kepatutan untuk mencari rezeki. 

Istri selingkuh karena terobsesi dengan cerita sex ala film biru. Atau anak - anak yang terobesisi menenteng Iphone terbaru sehingga tergoda menemani om om genit. Atau anak lelaki yang terjerumus oleh narkoba karena hanyut dalam cinta monyet.

Serakah di Bidang Politik

Dalam politik, banyak partai yang tidak realistis dengan data statistik dan pendekatan akademik.Padahal data statistik terbukti bisa memotret fenomena dengan sangat presisi jika dilakukan secara profesional. Begitu juga pendekatan akademik, yang dalam prosesnya sudah di uji oleh banyak guru besar, di konfirmasi oleh eksperimen, simulasi dan penelitian.

Fenomena 212

Rupanya masih banyak yang terbuai oleh sukses aksi 212. Tetapi mereka lupa bahwa, aksi itu tidak terkait partai politik. Memang benar aksi 212 behasil menjungkalkan Ahok dari DKI-1. Tetapi harus diingat bahwa Ahok saat itu obyek utama, sehingga dampak 212 berbanding lurus terhadap elektoral Ahok. 

Tetapi saat ini peta itu berhasil di pecah melalui TGB dan Ngabalin. Menggunakan aksi 212 sebagai katalisator sudah tidak akan efektif lagi walaupun masih berdampak. Apalagi rentang waktu yang lama. Banyak yang sudah kehilangan sentuhan emosionalnya. 

Sikap memaksakan UAS dan Salim Segaaf sebagai Cawapres Prabowo jelas tidak realistis pada kondisi kekinian. Hasil pemilu selalu didominasi partai nasionalis, entah itu Golkar, Demokrat maupun PDIP. Artinya konstituen berpaham nasionalis itu lebih banyak di Indonesia. 

Sangat bodoh jika bertanding melupakan irisan kue yang besar dan justru fokus pada kue kecil. Bukankah lebih baik mendapatkan 50% dari 70% populasi debanding 70% dari 30% populasi? Secara matematika jelas bedanya 35% dan 21%. 

Pemilu dan Pilpres adalah soal kemenangan, Anda tidak bisa menaifkan itu. Apa artinya elektabilitas anda naik dari 2% menjadi 48% jika akhirnya 48% itu kalah? Bahkan anda akan lebih menderita karena untuk menaikkan 2% menjadi 48% sudah pasti anda habis - habisan. Anda berjuang sampai mati untuk kalah? Itu sangat konyol sekali.

Prabowo perlu wakil yang berasal dari Nasionalis, Jadi dimana posisi PKS seharusnya?

Dengan bergabungnya PKS di sisi Parabowo sebenarnya banyak sekali keuntungan yang didapatkan. PKS bisa memposisikan diri sebagai Partai Islam yang belum terkooptasi PDIP dan Jokowi. 

Positioning ini menjanjikan dan menggaransi PKS menjadi partai Islam terbesar suaranya di Pileg 2019. Basis Islam dibagi dua, Pro Jokowi dan anti Jokowi, Pro Jokowi di bagi 3 partai yang anti Jokowi 1 partai. Jelas ini ceruk yang menjanjikan.

Jadi buat apa menjadi serakah? Mengukur badan sendiri itu penting. Tiga tahun lalu ada pembalap debutan dari Formulas Asia dan dipaksakan bertanding di F1. 

Dengan dukungan Pertamina dan pemerintah yang luar biasa akhirnya pembalap tersebut (Rio Haryanto) berhasil tampil di F1, bukan dibayar tapi malah membayar. Akhir kisahnya kita tahu. Hanya setengah musim kursinya hilang, kemudian karir membalapnya hancur.

Jadi jika belum kelas Capres Cawapres ga perlu lah memaksakan diri bertanding di tingkat tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun