Adanya pembatasan maksimal presiden 2 periode menimbulkan kecemasan pasar, bahwa pengganti SBY nantinya tidak sebagus beliau. Pasar pun mulai wait and see.Â
Beberapa investor memilih hengkang untuk menghindari gejolak dan berencana kembali setelah presiden RI terpilih. Saat itu Rupiah meluncur ke angka 12 ribu per US Dollar. dan bertahan dalam jangka waktu satu tahun.
Periode Jokowi:
Setelah Jokowi menjadi presiden, investor luar negeri siap - siap kembali masuk ke pasar Indonesia. Tetapi seperti nya mereka urung dan masuk dalam jumlah terbatas.Â
Program - program pemerintah yang bombastis saat itu menyebabkan investor dan pelaku usaha kesulitan membuat proyeksi dan analisa analisa pertumbuhan yang akurat. Mereka lebih memilih menunda ekspansi, hal ini menyebabkan stagnanya eksport dan kinerja ekonomi nasional. Akibatnya Rupiah meluncur di angka 13 ribu Rupiah.Â
Eskalasi hutang luar negeri yang besar dan pembangunan infrastruktur yang masif di tahun ke 2, 3 dan 4 tidak berhasil menggerakkan ekonomi lebih cepat. Justru daya beli turun karena dana - dana masyarakat tersedot oleh infrastruktur melalui pencabutan subsidi dasar dan kenaikkan pajak yang progresif.
Sekarang di menjelang masuk tahun ke 5 (masa transisi) Rupiah anjlok cukup dalam dikisaran 14,5 ribu Rupiah per US Dollar. Banyak analis memprediksi angka itu berpotensi melonjak sangat cepat sebagai imbas ekonomi global dan kondisi keuangan negara yang defisit nya terus melonjak.
Kesimpulan:
- SBY Menjadi presiden saat kurs Rupiah: 9,5 ribu Rupiah kemudian stabil di angka 9 ribu dan pernah mencapai di bawah 9 ribu Rupiah per US Dollar.
- Jokowi menjadi presiden saat kurs Rupiah: 11 ribu Rupiah kemudian naik menjadi 13 ribu dan sekarang 14,5 ribu Rupiah per US Dollar.
 Artinya:
- Kinerja SBY sangat bagus, tercermin dari kurs rupiah yang stabil.
- Kinerja Jokowi cukup buruk karena tidak berhasil menstabilkan kurs Rupiah. Pertumbuhan utang luar negeri yang agresif di jaman Jokowi gagal menciptakan pertumbuhan ekonomi.Â
Jika kita kilas balik di jaman Orde Baru, kinerja Jokowi ini lebih buruk. Karena walaupun sama - sama berutang secara agresif. Jaman Orde baru pertumbuhan ekonomi dan daya beli itu nyata. Di jaman Jokowi, siapa yang tidak mengeluh dengan daya beli saat ini?