Mohon tunggu...
Zahra El Fajr
Zahra El Fajr Mohon Tunggu... Penulis - a melancholist

Teacher | Fiksiana Enthusiast | Membaca puisi di Podcast Konstelasi Puisi (https://spoti.fi/2WZw7oQ) | Instagram/Twitter : zahraelfajr | e-mail: zahraelfajr@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kamu Beri Aku Kisahan Lapuk

26 September 2016   22:06 Diperbarui: 31 Maret 2020   01:17 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustration/Source: Weheartit

Kamu menawarkan diri membacakan buku dongeng untukku, aku tawarkan telinga untukmu karena aku buta aksara. Anehnya kamu mematikan lampu sebelum membacakannya untukku. Kamu duduk di tepi dipan ini, membuka buku dongeng dan bersiap memulainya. Kupikir kamu tak sadar mematikan lampu, kuberanjak dan hendak menyalakannya. Tapi kemudian kamu matikan kembali. Aku yasudahlah. 

Dan kamu mulai bercerita tentang kisah cinta sejati, suatu hal yang membuatku iri. Kamu genggam tanganku, mungkin kamu menyadari reaksiku. Kamu bercerita seolah cinta sejati memang nyata, meskipun ujian melanda hendak memisahkan tapi cinta sejati tak terpisahkan. Kali ini kamu mendekapku. Kamu juga iri dengan mereka?

Aku menebak happy ending akan menjadi penutup dongeng, mungkin karena aku berekspektasi. Mungkin karena aku tak sabar.

“Aku ingin menjadi Putri dalam dongeng” berucap aku,

Kamu berlaga kaget “Aku tak mengatakannya padamu?”

“Apa?”


“Kamu tak boleh mengatakan itu,”
Kegelapan mengantarkanku pada negeri dongeng, menempati posisi Putri, atau lebih tepatnya menggantikan. Tempat yang asing, baru kukenal tadi dari ceritamu. Dan aku tak mengerti selanjutnya apa, karena aku buta aksara tak dapat membaca narasi.

Hai?! Meskipun buta aksara, aku tak buta mimik wajah. Itu sebabnya kamu padamkan lampu, awalnya kupikir kamu hebat menghafal setiap ceritanya. Itu pula sebabnya ending dongeng karanganmu ini hanya selembar kosong. Ah, jadi begitu.

Pangeran dalam cerita tak menengokku, ia tak mengenali aku. Setau dia Putri yang menjadi kekasihnya telah menghilang. Tapi kamu, juga tak menengokku rupanya. Kamu sengaja menukar aku dengan Putri yang sedang kau dekap itu. Tawamu terdengar sampai ke sini. Ah, jadi begitu.

***

Menahun tak terbilang kumenanti kamu berubah pikiran, tapi nyatanya buku dongeng ini tak pernah kamu sentuh lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun