Pengalaman Mengajar Bahasa Jepang di Desa Sendiri, Mengajar Itu Sulit

Izinkan saya memperkenalkan tempat penempatan KKN atau Kuliah Kerja Nyata saya, yaitu Nagari Inderapura tepatnya kecamatan Air Pura Kabupaten Pesisir Selatan, provinsi Sumatra Barat. Inderapura merupakan nagari yang terdekat dengan provinsi Bengkulu dan jalan lintas Bengkulu-Padang. 

Nagari ini dikenal dengan salah satu penghasil lokan atau sejenis kerang sungai. Karena tempatnya yang dielilingi oleh sungai sehingga menjadikan penghasilan masyarakat menjadi nelayan dan bertani. Nagari ini juga diknal dengan bahasanya yang sudah bercampur anatara bahasa minang dan Bengkulu karena merupakan tempat singgah dan rantau.

Selama 30 hari saya mengabdi sebagai mahasiswa dan keterbatasan dalam proses mengajar ditambah adanya pembatasan selama pandemi sehingga program kerja yang akan dilaksanakan sesuai dengan tema dan kondisi desa. Selama pandemi anak-anak terpaksa diliburkan sehingga hari-harinya hanya diisi di rumah dan mulai merasa bosan. 

Oleh karena itu, timbul ide untuk mengisi liburan mereka dengan belajar bahasa baru yaitu bahasa Jepang, selain itu anak-anak juga diperkenalkan metode belajar sambil bermain, belajar cara cuci tangan, membuat kreasi dari kertas dan perca.

Pelajaran yang diperkenalkan dimulai dari pengenalan negara Jepang, bahasa, dan budayanya. Banyak yang tidak mengetahui bahwa negara Jepang memiliki kemiripan dengan Indonesia. Sedangkan bahasa Jepang yang agak rumit menjadi tantangan tersendiri untuk mengajarkannya. 

Smangat mereka untuk belajar bahasa yang belum pernah mreka lihat menjadikan saya lebih banya ingin memberikan pengetahuan yang saya miliki. Ada suatu kali mereka kesulitan untuk memahami suatu tulisan Jepang menjadian saya untuk memutar otak bagaimana menerapkan metode pengajaran yang menarik juga asik tetapi tetap masuk dan mudah dipahami.

Beberapa metode yang saya terapkan yaitu, anak-anak diajak untuk bermain tebak gaya dengan menggunakan kosakata bahasa Jepang, mereka sangat bahagia karena permainan ini selain menghibur juga ada materi yang tersampaikan.

 Selain itu menggunakan kartu untuk menghafal huruf hiragana, dengan mengajak mereka ke alam dan mencari kosakata yang diperintah. Kosakatanya berupa benda-benda yang berada di sekitar kami sehingga anak-anak akan cepat menyerap bahasa baru. 

Tidak hanya itu ketika anak-anak sudah paham dengan huruf hiragana, mereka kembali dilatih dengan mencocokkan antara kartu dengan tulisan furigana atau bacaan hiragana di papan tulis. Permainan ini menjadikan anak-anak untuk berpikir cepat dan mengingat dalam jangka waktu yang lama.

Selama mempelajari bahasa, anak-anak juga diberikan gambaran bagaimana negara yang terkenal dengan gunung fujinya itu. Budaya mereka yang bisa ditiru dan etos kerja mereka untuk mengejar mimpi. Belajar membuat seni lipats kertas yaitu origamai dan menjadikannya hiasan, selain itu kami juga memanfaatkan kertas menjadi bunga sakura dan menjadikannya hiasan untuk rumah. 

Tidak hanya berkaitan dengan Jepang tetapi juga belajar tentang arti mimpi atau cita-cita. Menumbuhkan mimpi sejak kecil dan memiliki cita-cita merupakan PR besar sebagai penagajr, kenapa? Karena rata-rata anak desa tidak terlalu peduli dengan masa depannya sehingga untuk bercita-cita sangat sulit.