Mohon tunggu...
R. Janah Bunda Savita
R. Janah Bunda Savita Mohon Tunggu... Guru - Kompasianer Brebes Community Jawa Tengah

Menulislah Pasti Bertambah Ilmu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Andai Aku Anggota Dewan

10 Maret 2019   21:00 Diperbarui: 10 Maret 2019   21:12 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Sebelum masuk rumah, aku menemukan sepucuk surat ancaman entah dari sapa pengirimnya. Yang isinya aku akan dibunuh kalau tidak mau membantu meloloskan proyek pembebasan lahan untuk pembangunan hotel berbintang 5. 

Selama menjadi dewan, aku memang sering diminta bantuan dan ditawarkan sejumlah uang. Namun selalu ku tolak. Bagiku, jabatan ini adalah amanah tak mau aku menerima uang yang bukan hakku serta nantinya merugikan diri sendiri apalagi merugikan masyarakat banyak.

Ibuku selalu menasihatiku bahwa jabatan apapun harus amanah. Berbuat baik untuk banyak orang. Aku membuka layanan pengaduan warga. Siapapun orangnya boleh menyampaikan pendapatnya. Nantinya aspirasi mereka aku tampung dan aku diskusikan bersama teman seperjuanganku.

Prakkkkkk.......terdengar suara kaca rumahku pecah. Aku keluar untuk memeriksanya. Ternyata sudah banyak warga di depan rumahku. Ada yang membawa batu, bambu, kayu dan bensin. Entah apa yang akan mereka lakukan. 

Mereka meneriakiku dengan "koruptor harus dibakar". Apa maksudnya?? Aku tak pernah korupsi apapun. Ini fitnah. Aku mencoba menjelaskannya, tapi mereka terlanjur dibakar emosi. Dahiku berdarah karena lemparan batu. Dan akupun melarikan diri mencari bantuan lewat pintu belakang.

Aku mengusap-usap dahiku dan ku cium baunya. Ahhhhh kenapa darahku baunya tak sedap semacam iler. Ku buka mata dan ternyata memang benar, itu bukan darah tapi ilerku. Pantas saja baunya kaya jengkol. Kurebahkan kembali tubuhku ke kasur. 


Mimpi yang indah jadi anggota dewan, meskipun ternyata banyak juga tantanganya. Aku tarik selimut lagi, ku tutupi mukaku seraya berdoa "Tuhan kabulkan mimpi indahku".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun