Mohon tunggu...
Jandris_Sky
Jandris_Sky Mohon Tunggu... Kompasianer Terpopuler 2024

"Menggapai Angan di Tengah Badai"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Deforestasi dan Fragmentasi Habitat: Harimau Punah, Kebun Kita Bisa Rusak. Kenapa Begitu??

1 Oktober 2025   00:24 Diperbarui: 1 Oktober 2025   00:24 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Harimau, salah satu hewan yang terancam punah.(iStockphoto/Ondrej Prosicky/Kompas.com)

Kalau kita bisa menghargai alam, menjaga hutan, dan memahami peran satwa liar, harmoni itu bisa terwujud.

Deforestasi dan Fragmentasi Habitat: Harimau Punah, Kebun Kita Bisa Rusak. Kenapa Begitu?

Kalau ngomongin harimau, banyak orang langsung mikirnya soal hewan buas yang menakutkan. 

Padahal di balik sosoknya yang gagah, harimau punya peran vital buat ekosistem. 

Nah, masalahnya sekarang, harimau khususnya harimau sumatera lagi berada di ujung tanduk karena deforestasi dan fragmentasi habitat.

Kalau sampai mereka punah, jangan salah, kebun-kebun pertanian kita bisa kena imbasnya juga. Kok bisa begitu? Yuk, kita kulik pelan-pelan.

Subspesies yang Terancam

Menurut Forum HarimauKita (FHK), populasi liar harimau sumatera diperkirakan cuma sekitar 568 individu. 

Mereka tersebar di 23 lanskap habitat dengan luas sekitar 9 juta hektar. Kalau dibandingkan dengan luas total Pulau Sumatera yang mencapai 47 juta hektar, angka ini tergolong kecil banget. 

Bayangkan, dari sekian luas pulau, cuma sebagian kecil yang benar-benar bisa dihuni harimau. Itu pun makin lama makin terhimpit oleh aktivitas manusia.

Deforestasi alias penggundulan hutan, dan fragmentasi alias terpecah-pecahnya habitat karena pembangunan jalan, tambang, atau perkebunan besar, bikin ruang hidup harimau makin menyempit. 

Harimau butuh wilayah jelajah luas, bisa ratusan kilometer persegi untuk satu individu.

Kalau habitatnya kepotong-potong, harimau jadi susah berburu, kawin, dan berkembang biak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun