Mohon tunggu...
Jandris_Sky
Jandris_Sky Mohon Tunggu... Kompasianer Terpopuler 2024

"Menggapai Angan di Tengah Badai"

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Integrasi Ekonomi Sirkular Dalam Usaha Mikro Berbasis Daur Ulang Plastik Untuk Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Inklusif

14 Juni 2025   19:43 Diperbarui: 14 Juni 2025   19:43 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Integrasi ekonomi sirkular dalam usaha mikro berbasis daur ulang plastik untuk mendukung pertumbuhan ekonomi inklusif. (Sumber foto: Jandris_Sky)

Produk-produk hasil daur ulang menjadi bukti bahwa konsumsi yang cerdas dan inovasi dalam produksi bisa berjalan seiring untuk membentuk pola hidup berkelanjutan.

Krisis lingkungan akibat akumulasi sampah, terutama plastik, menjadi tantangan besar yang dihadapi Indonesia dalam dekade terakhir. 

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada tahun 2024, jumlah timbulan sampah di Indonesia mencapai 73,2 juta ton per tahun, dengan komposisi sampah organik mencapai sekitar 62%, dan sisanya didominasi oleh anorganik seperti plastik. 

Fakta ini menunjukkan bahwa pengelolaan sampah, khususnya sampah plastik, menjadi isu strategis yang harus diatasi dengan pendekatan lintas sektor, salah satunya melalui integrasi ekonomi sirkular dalam skala usaha mikro.

Ekonomi sirkular merupakan model ekonomi yang mengedepankan efisiensi sumber daya dan minimasi limbah melalui praktik reduce, reuse, recycle.

Berbeda dengan sistem ekonomi linear yang hanya mengandalkan proses produksi, konsumsi, lalu pembuangan, ekonomi sirkular justru menghidupkan kembali nilai dari limbah untuk digunakan dalam siklus produksi yang berkelanjutan. 

Integrasi konsep ini dalam usaha mikro, khususnya yang berbasis daur ulang plastik, memiliki potensi besar dalam menciptakan dampak ganda: menyelamatkan lingkungan sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif.

Di berbagai daerah, telah muncul berbagai inovasi dari pelaku usaha mikro yang memanfaatkan limbah plastik menjadi produk bernilai ekonomi tinggi, seperti tas, dompet, paving block, kerajinan tangan, dan perabot rumah tangga.

Inisiatif ini tidak hanya mengurangi volume sampah plastik, tetapi juga membuka peluang usaha dan menciptakan lapangan kerja baru, khususnya bagi kelompok marginal seperti perempuan, penyandang disabilitas, hingga pengangguran usia produktif.

Penerapan ekonomi sirkular dalam skala mikro secara langsung mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), khususnya SDG 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi) dan SDG 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab). 

SDG 8 menekankan pentingnya pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan melalui penciptaan lapangan kerja yang layak bagi semua. 

Sementara SDG 12 mendorong pola konsumsi dan produksi yang efisien, berwawasan lingkungan, dan berkelanjutan.

Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM, sebanyak 64 juta pelaku UMKM menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia, menyerap lebih dari 97% tenaga kerja nasional dan berkontribusi sekitar 61% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). 

Mayoritas UMKM masih menggunakan pendekatan produksi linear dan belum memiliki kesadaran atau akses terhadap model ekonomi sirkular.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun