Mohon tunggu...
Jandris_Sky
Jandris_Sky Mohon Tunggu... Kompasianer Terpopuler 2024

"Menggapai Angan di Tengah Badai"

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Museum Mini Sisa Hartaku: Napak Tilas Peninggalan Sang Merapi

12 Mei 2025   19:52 Diperbarui: 13 Mei 2025   14:00 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Museum Mini Sisa Hartaku merupakan Peninggalan yang tersisa, memori dan kehidupan yang nyaris musnah. (sumber foto: Jandris_Sky)

Peninggalan yang tersisa bukanlah sekadar benda, tapi juga memori dan kehidupan yang nyaris musnah. (sumber foto: Jandris_Sky)
Peninggalan yang tersisa bukanlah sekadar benda, tapi juga memori dan kehidupan yang nyaris musnah. (sumber foto: Jandris_Sky)

Peninggalan yang tersisa bukanlah sekadar benda, tapi juga memori dan kehidupan yang nyaris musnah. (sumber foto: Jandris_Sky)
Peninggalan yang tersisa bukanlah sekadar benda, tapi juga memori dan kehidupan yang nyaris musnah. (sumber foto: Jandris_Sky)

Di dalam rumah, berjajar rapi barang-barang yang kini tak lagi utuh. 

Televisi dan radio yang meleleh akibat suhu panas tinggi, rangka sepeda dan motor yang tinggal besi, ember dan peralatan rumah tangga lain yang rusak parah, hingga jam dinding yang membeku pada waktu tertentu seolah ingin menunjukkan detik-detik kepanikan saat letusan terjadi. 

Peninggalan yang tersisa bukanlah sekadar benda, tapi juga memori dan kehidupan yang nyaris musnah. (sumber foto: Jandris_Sky)
Peninggalan yang tersisa bukanlah sekadar benda, tapi juga memori dan kehidupan yang nyaris musnah. (sumber foto: Jandris_Sky)

Peninggalan yang tersisa bukanlah sekadar benda, tapi juga memori dan kehidupan yang nyaris musnah. (sumber foto: Jandris_Sky)
Peninggalan yang tersisa bukanlah sekadar benda, tapi juga memori dan kehidupan yang nyaris musnah. (sumber foto: Jandris_Sky)

Peninggalan yang tersisa bukanlah sekadar benda, tapi juga memori dan kehidupan yang nyaris musnah. (sumber foto: Jandris_Sky)
Peninggalan yang tersisa bukanlah sekadar benda, tapi juga memori dan kehidupan yang nyaris musnah. (sumber foto: Jandris_Sky)

Bahkan, ada rangka tulang hewan ternak yang terpajang di salah satu sudut ruangan, menjadi saksi bahwa bukan hanya manusia, tapi juga binatang ikut menjadi korban dari bencana alam tersebut.

Yang membuat museum ini semakin unik adalah tampilannya yang dibiarkan apa adanya. 

Dinding-dinding retak, langit-langit rumah yang menghitam, serta lantai yang dipenuhi abu vulkanik tak dibersihkan secara utuh. 

Ini bukan karena terbengkalai, tapi memang sengaja dipertahankan sebagai bagian dari narasi kejujuran sejarah. 

Peninggalan yang tersisa bukanlah sekadar benda, tapi juga memori dan kehidupan yang nyaris musnah. (sumber foto: Jandris_Sky)
Peninggalan yang tersisa bukanlah sekadar benda, tapi juga memori dan kehidupan yang nyaris musnah. (sumber foto: Jandris_Sky)

Peninggalan yang tersisa bukanlah sekadar benda, tapi juga memori dan kehidupan yang nyaris musnah. (sumber foto: Jandris_Sky)
Peninggalan yang tersisa bukanlah sekadar benda, tapi juga memori dan kehidupan yang nyaris musnah. (sumber foto: Jandris_Sky)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun