Ada pula yang menawarkan jasa pemandu wisata atau penyewaan jeep untuk menyusuri bekas jalur lava Merapi.
Kehadiran wisatawan juga membuka peluang usaha kuliner lokal.Â
Warung-warung kecil yang menawarkan makanan khas Jawa seperti jadah tempe, mie godhog, hingga kopi Merapi, kini menjamur di sekitar area museum.Â
Ini menciptakan ekosistem ekonomi yang dinamis, sekaligus memperkuat ikatan sosial dan semangat gotong royong antarwarga.
Bukan hanya memberikan dampak ekonomi, museum ini juga menjadi tempat kontemplasi.Â
Bagi banyak orang, kunjungan ke Museum Mini Sisa Hartaku menghadirkan perasaan takjub sekaligus reflektif.Â
Betapa alam bisa begitu indah, namun juga begitu dahsyat.Â
Betapa harta benda bisa musnah dalam sekejap, namun semangat manusia untuk bertahan dan bangkit tetap abadi.Â
Ini adalah pesan mendalam yang tersirat dalam setiap benda yang terpajang di dalam museum ini.
Kini, lebih dari satu dekade setelah letusan Merapi 2010, Museum Mini Sisa Hartaku tetap berdiri kokoh.Â
Ia menjadi penanda bahwa dari puing-puing kehancuran, bisa tumbuh harapan baru.Â
Ia menjadi ruang kolektif bagi generasi sekarang dan yang akan datang untuk belajar, merenung, dan menghargai kehidupan.Â
Sebuah rumah biasa yang kini bermetamorfosis menjadi rumah kenangan, rumah pembelajaran, dan rumah harapan.
Bagi siapa pun yang mengunjungi Yogyakarta dan ingin merasakan sisi lain dari pariwisata budaya dan edukatif, Museum Mini Sisa Hartaku adalah destinasi yang wajib disinggahi.Â
Sebab, di sanalah kisah tentang manusia, bencana, dan kebangkitan disampaikan bukan lewat kata, melainkan lewat benda-benda yang pernah menyimpan kehidupan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI