Dulu, ketika masa kecil saya dihabiskan di kampung, buah ceplukan hanyalah tanaman liar yang tumbuh sembarangan di pematang sawah atau pinggir kebun.Â
Tidak ada yang benar-benar menganggapnya penting, apalagi bernilai.Â
Buah berukuran mungil yang terbungkus oleh kelopak tipis menyerupai lentera kering ini seringkali hanya dijadikan permainan anak-anak.Â
Kami menyebutnya "buah hantu" karena bentuknya yang misterius dan kebiasaan kami mencabut kelopaknya perlahan untuk melihat buah kuning keemasan di dalamnya.
Waktu berlalu, dan ceplukan pun perlahan terlupakan.Â
Ia seperti simbol dari sesuatu yang dulu dekat, namun tak dianggap, dan akhirnya dicampakkan begitu saja.Â
Hingga pada suatu hari, media sosial dan tren gaya hidup sehat mengangkat kembali nama ceplukan ke permukaan.Â
Yang dulunya dianggap remeh, kini menjadi incaran, bahkan diburu.
Ceplukan, atau dengan nama ilmiah Physalis angulata, ternyata bukan sembarang buah.Â
Ia menyimpan segudang manfaat kesehatan.Â